Disebutkan, perseroan menargetkan produksi batubara mencapai 2,4 juta ton pada tahun ini. Adapun, dalam revisi RKAB yang telah diajukan, SMMT menargetkan peningkatan produksi minimal 35% dari target awal.
Susanti menjelaskan, di sisa tahun ini, Golden Eagle masih mengantisipasi dampak curah hujan tinggi dalam kegiatan produksi.
"SMMT juga mengantisipasi lonjakan biaya produksi terutama yang disebabkan oleh harga bahan bakar solar yang masih tinggi hingga saat ini dan juga kenaikan tarif royalti kepada pemerintah yang berlaku efektif di September 2022," jelas Susanti.
Mengenai serapan capex, SMMT menyatakan dana masih dialirkan sesuai dengan budget yang telah ditetapkan untuk menunjang kegiatan produksi. Tahun ini SMMT menganggarkan capex senilai Rp30 miliar.
“Kami berharap, penjualan batubara SMMT tahun ini akan dapat meningkat dan menunjukkan hasil positif sesuai dengan yang telah di targetkan di awal tahun," sebut Susanti.
Pihaknya optimistis walau saat ini melihat harga pasar batubara menunjukkan sedikit penurunan. SMMT percaya jika kinerja masih dapat ditunjang dengan logistik dan infrastruktur yang membaik.
"Hal itu masih menjadi katalis positif dalam penjualan batubara, selain dari sisi logistik dan infrastruktur yang semakin membaik," ujarnya.
(Taufik Fajar)