JAKARTA - Perusahaan rintisan (startup) di Indonesia sudah banyak yang melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Teranyar adalah JD.ID dengan melakukan PHK terhadap 200 orang atau 30% dari jumlah karyawan.
Menurut Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani, ada dua alasan startup melakukan hal tersebut. Salah satunya, tidak memiliki ekosistem seperti industri lain.
Baca Juga: Viral Bos Prank PHK Karyawan, Ternyata Beri Hadiah Umrah Sekeluarga
"Sampai saat ini startup di Indonesia itu tidak memiliki ekosistem yang kuat. Padahal, startup seperti e-commerce itu harus punya ekosistem. Kalau tidak punya ekosistem ya enggak akan bisa survive,” jelasnya ketika ditemui dalam acara INDEF School of Political Econony Jurnalisme Ekonomi yang digelar di Jakarta, Selasa (13/12/2022).
Aviliani menilai, selama ini kebanyakan startup menjalankan bisnisnya dengan cara memberikan diskon besar-besaran bagi pelanggan atau yang dianggapnya dengan skema bayar utang. Sehingga ketika diskon itu tidak lagi diberikan lantaran kehabisan danamaka akan ditinggalkan para pelanggan.
Baca Juga: JD.ID PHK Massal, Karyawan Terima Pesangon 3 Kali Gaji
“Coba kalau dibikin survey, misal pakai produk yang ada pay-pay nya gitu. Ditanya kenapa anda pakai? karena ada diskonnya. Kalau tidak ada diskon mau dipakai tidak? enggak kan? Makanya seperti bank digital, seperti ecommerce itu harus punya ekosistem. klo ga punya ekosistem ga akan bisa survive karena dia tidak akan bisa kasih diskon sepanjang masa,” paparnya.