JAKARTA - Industri padat karya disebut tengah terancam pemutusan hubungan kerja (PHK) di 2023.
Wakil Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Shinta Kamdani menyebut kalau gelombang PHK itu diproyeksikan akan semakin besar.
Dia menuturkan, hal itu disebabkan karena turunnya permintaan ekspor.
Sebelumnya, Shinta bersama jajaran Kadin lainnya telah melakukan survei ke beberapa perusahaan industri padat karya.
BACA JUGA:Badai PHK Sepanjang 2022, Ombudsman Beri Saran ke Kemnaker
Dari data tersebut terpampang gamblang bahwa demand ekspor pada Januari 2023 menurun drastis.
Seperti contohnya industri sepatu yang merosot hampir 40%. Alhasil, dibulan tersebut perusahaan sepi produksi.
"Jadi sekarang yang menjadi perhatian kita adalah padat karya. Karena padat karya itu demand ekspornya menurun signifikan, kayak tekstil, sepatu, dan furnitur. Nah itu bagaimana gitu loh dampaknya dengan demand turun ini, kan pasti kena ke PHK," ujarnya saat ditemui di Jakarta Pusat, Selasa (20/12/2022).
"Demand produk ekspor itu kan keluarnya sekarang. Jadi kalau mereka (importir) mau jualan, sekarang sudah dikasih tahu (ke perusahaan Indonesia) tahun depan kira-kira berapa ordernya. Darisitu datanya," terangnya lagi.
Pada kesempatan itu, Shinta menegaskan bahwa dirinya tidak bermaksud menakut-nakuti.
Namun, berdasarkan data di lapangan memang realitanya demand ekspor turun.
Di tambah lagi data yang dirilis BPJS ketenagakerjaan menyebut sampai dengan Oktober 2022 sudah ada 800 ribu pekerja industri padat karya yang kena PHK.
"Jadi kalau dibilang PHK belum terlihat, lihat saja data BPJS. BPJS menyebutkan sampai Oktober sudah 800 ribu lebih. Kamu cek aja," tukas Shinta.
(Zuhirna Wulan Dilla)