JAKARTA - Ekonomi 2023 diramal mengalami resesi. Dana Moneter Internasional atau Internasional Monetary Fund (IMF) bahkan meperkirakan sepertiga ekonomi dunia alami resesi di tahun ini.
Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva mengatakan 2023 akan menjadi tahun lebih sulit dibanding sebelumnya karena perekonomian AS, Uni Eropa dan China melambat.
Selain itu, perang di Ukraina, kenaikan harga-harga, suku bunga yang naik dan penyebaran Covid di China menambah beban ekonomi dunia di tahun ini.
“Kami memperkirakan sepertiga perekonomian dunia akan mengalami resesi,” kata Georgieva.
“Bahkan di negara yang tidak mengalami resesi, akan terasa seperti resesi bagi ratusan juta orang,” kata dia.
Baca Juga: Optimistis Sambut 2023, Jokowi: Insya Allah Ekonomi Bisa di Atas 5% Lagi
Dalam laporan the world Economic Outlook di Oktober 2022, IMF pun mengoreksi negatif prospek pertumbuhan ekonomi global di 2023 sebesar 0,4 point atau presentasi dari 3,6% menjadi 3,2%.
Bank Indonesia juga memperkirakan ekonomi dunia tumbuh sebesar 3,0% pada 2022 dan menurun menjadi 2,6% pada 2023.
Menyikapi tahun yang berat, Presiden Jokowi pun meminta semua pihak untuk waspada dan hati-hati. Meski dirinya yakin bahwa ekonomi Indonesia di tahun ini masih tetap tumbuh di atas 5%.
"Saya optimis di 2022 pertumbuhan ekonomi di atas 5%. Kita harapkan kita berdoa tahun 2023 ini bisa di atas 5% lagi," ungkapnya.
Baca Juga: Sri Mulyani Siap Hadapi Ujian Berat di Tahun Baru 2023
Kepala Negara mengatakan, 2023 adalah tahun ujian, namun akan adanya kenaikan presentasi ekonomi bila Indonesia berhasil melewatinya.
Menurutnya, optimisme tersebut dia dapatkan dikarenakan Indonesia mampu melewati tahun 2022 yang disebut-sebut sebagai tahun turbulensi.
"Kalau melihat secara global, tahun 2022 adalah tahun turbulensi. Tahun 2023 ini adalah tahun ujian. Kalau kita bisa melewati turbulensi kemarin di 2022, kita harapkan di tahun 2023 ini kalau bisa lewati, Insya Allah di tahun 2024 akan lebih mudah bagi pertumbuhan ekonomi kita," ujar Jokowi.
Keyakinan Presiden Jokowi terhadap pertumbuhan ekonomi bisa di atas 5% tahun ini pun diamini IMF dan sejumlah lembaga keuangan internasional dan Bank Indonesia.