IMF dan Bank Dunia memproyeksikan ekonomi Indonesia 2023 berada di level 5%. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun 2023 masih cukup kuat, meskipun lumayan berat untuk setinggi asumsi 2023 di APBN. Namun perkirakan masih akan berada di sekitar 5%.
"Hal ini sudah ada juga sesuai dengan prediksi terakhir dari banyak lembaga internasional IMF bank dunia dan juga bloomberg consensus," ujar Febrio.
Kemudian dia mengatakan, beberapa hal yang diperkirakan masih bisa terus mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia di sekitar 5% di tahun 2023 adalah ekonomi Indonesia memiliki eksposur yang relatif terbatas terhadap perekonomian global dengan domestik demand yang cukup besar khususnya konsumsi masyarakat.
Di sisi lain, terkait inflasi, Febrio menyampaikan sampai sejauh ini masih terus terkendali. Bahkan menurutnya, Indonesia masih mempunyai peluang besar untuk menekan inflasi.
"Kita punya peluang untuk terus menjaga ini terkendali dan bahkan bisa lebih rendah lagi, ini terutama terkait efektivitas dari pengendalian inflasi makanan yang dilakukan oleh tim pengendali inflasi pusat dan daerah yang melibatkan banyak sekali stakeholder dari pusat sampai daerah," jelasnya.
Lalu, investasi juga diproyeksikan masih tumbuh stabil dengan likuiditas perbankan yang masih tumbuh serta juga masih dipengaruhi oleh efek positif dari komoditas boom yang masih ada, serta di Industri pengolahan berbasis sumberdaya yang hasilnya sudah terlihat dari hilirisasi.
Berikutnya, kinerja ekspor juga diperkirakan masih bisa tumbuh. Menurut Febrio, sektor manufaktur berbasis consumer goods mungkin akan terdampak perlambatan Global namun komposisi ekspor yang cukup besar pada komoditas akan menahan kinerja ekspor tidak terlalu turun.
Apakah Indonesia Akan Kena Resesi 2023?
Mantan Menkeu Chatib Basri menilai kecil kemungkinan ekonomi Indonesia mengalami resesi di tahun ini.
“Saya tidak melihat kemungkinan Indonesia untuk mengalami pertumbuhan negatif, mungkin pertumbuhan ekonomi akan melemah, tetapi tidak negatif,” katanya.
“Barangkali dalam skenario kasus terburuk, kita mungkin akan tumbuh 4% secara tahunan di bawah situasi seperti ini,” kata Chatib.
Menurutnya, Indonesia lebih kecil terdampak resesi global karena keterhubungannya dengan rantai pasok global masih rendah, sebagaimana tampak dari sumbangan ekspor terhadap PDB yang hanya mencapai 19,79% di kuartal II 2022.