JAKARTA - Pengamat pasar modal menilai harga IPO yang dipasang PT Pertamina Geothermal Energy terlalu murah.
Rencana penawaran umum perdana saham alias initial public offering (IPO) PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) terus bergulir. Anak usaha PT Pertamina (Persero) ini menetapkan harga IPO di harga Rp875 per saham.
Harga itu berada di antara kisaran harga pada masa penawaran awal pada rentang Rp820-945 per lembar.
Pengamat pasar modal Adler Haymans Manurung menilai sejatinya yang diributkan bukan soal IPO-nya namun terkait harga yang dipasarkan terbilang murah.
"Kalau sekarang kita bukan ribut-ribut soal IPO nya tapi yang benar kenapa kau jual murah. Itu yang diributkan, bukan soal kenapa IPO," tegasnya, Sabtu (18/2/2023).
Adler kemudian membandingkan dengan saham Krakatau Steel yang semula dijual murah namun mengalami kenaikan setelah beberapa hari.
"Dan kenyataannya semua yang IPO pasti harga murah karena injak kaki sekuritasnya. Kalau dia tidak injak kaki tidak dapat untung investornya maka dibuatlah harganya 10% dari harga wajar. Sehingga ketika hari petama naik jadi 10% jadi investor untung, nah, kalau jumlah saham kecil ini naik lagi tajam ke atas," terangnya.
Oleh sebab itu, Alder memberikan solusi bahwa untuk mencari pendanaan lebih baik pemerintah mengeluarkan bond untuk kemudian dipinjamkan ke PGE tentunya dengan bunga yang sama.
"Oleh karena itu saya katakan pemecahannya adalah jangan IPO, tapi diubah carany. Sri Mulyani itu Menteri Keuangan, keluarin bond pemerintah uangnya dipinjamkan ke PGE dengan bunga yang sama, akibatnya PGE masih tetap punya pemerintah," pungkasnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)