Dia menyebut sewa dua per tiga kantor di Kota New York akan berakhir dalam tiga empat tahun mendatang. Van Nieuwerburgh mengatakan ini dapat menambah tantangan lagi bagi pasar New York.
Berdasarkan proyeksi perputaran pada masa depan, katanya, nilai saham kantor di Kota New York akan berkurang sekitar 40%.
Lantas apa yang akan terjadi pada New York jika bekerja dari rumah menjadi normal?
Van kembali menjelaskan kalau masyarakat kan memiliki banyak kawasan pusat kota yang kosong.
"Kita akan memiliki banyak kawasan pusat kota yang kosong, lowong, di mana penghasilan dari pajak akan merosot, tidak ada cukup banyak uang dari kota untuk menstabilkan situasi. Kita akan terus mengalami penurunan, lingkaran kehancuran kota," jelasnya.
Namun, baru-baru ini ada riset yang mengeluarkan ramalan suram bagi pasar real estat komersial yang lebih luas, tingkat hunian jangka panjang pada properti mewah terlihat hampir penuh. Gedung-gedung itu memiliki berbagai fasilitas, seperti ruang meditasi, koki sekelas Michelin yang menyediakan katering di kantor untuk penyewa dan gerai kopi canggih.
Tingkat hunian di gedung yang terletak di 425 Park Avenue, misalnya, sekarang berkisar 86-89%. Beberapa gedung kantor mewah semacam itu hanyalah sebagian kecil dari pasar real estat komersial Manhattan.
Wali Kota New York Eric Adams pun turun tangan untuk mencari solusi. Dia mengunjungi sebuah gedung kantor di Lower Manhattan yang diubah menjadi apartemen.
"Intinya adalah kita harus mempermudah pengubahan gedung-gedung kantor, seperti yang baru kami kunjungi, menjadi rumah bagi warga New York. Kita bicara tentang ratusan ribu hingga jutaan meter persegi ruang kantor," ucapnya.
Dia juga mengemukakan kalau New York adalah destinasi kultural dan kuliner yang dinamis.
Dengan begitu, dia berharap bahwa kota itu akan menarik cukup banyak orang agar bertahan dari efek jangka panjang bekerja dari rumah.
(Zuhirna Wulan Dilla)