Mau IPO, Merdeka Battery Sebut Investor Optimistis dengan Hilirisasi Nikel

Cahya Puteri Abdi Rabbi, Jurnalis
Rabu 12 April 2023 16:01 WIB
MBMA dapat restu OJK untuk IPO (Foto: Shutterstock)
Share :

JAKARTA - PT Merdeka Battery Materials Tbk bakal melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI). MBMA telah mengantongi pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melanjutkan proses pencatatan sahamnya.

Kini, perseroan tengah memasuki masa penawaran umum atau offering hingga 14 April 2023 mendatang. Perseroan pun menetapkan harga sebesar Rp795 per saham, yang merupakan harga tertinggi dari rentang penawaran awal yakni Rp780-Rp795 per saham.

“Besarnya penawaran saham yang masuk menandakan bahwa investor juga sangat optimistis dengan prospek bisnis hilirisasi tambang nikel dan pengembangan rantai nilai bahan baku baterai kendaraan bermotor listrik yang kami kembangkan,” kata Presiden Direktur MBMA, Devin Ridwan dalam keterangan resminya, Rabu (12/4/2023).

Devin pun menyampaikan terima kasih atas dukungan dari para investor, baik institusi maupun ritel, serta investor domestik dan asing yang ingin terlibat dalam pengembangan bisnis MBMA ke depan melalui penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) ini.

Dalam IPO ini, perseroan yang akan melantai dengan kode MBMA ini menawarkan sebanyak 11 miliar saham baru atau 10,24% dari total saham perusahaan, dan dapat ditingkatkan menjadi maksimal sebanyak 12,1 miliar saham atau 11,14% dari total saham perusahaan pada saat IPO. Dengan demikian MBMA berpotensi meraih dana minimum sebesar Rp8,75 triliun dengan nilai kapitalisasi pasar saham sekitar Rp85 triliun.

Sebagai informasi, saat ini perseroan melalui PT Sulawesi Cahaya Mineral memiliki tambang nikel dengan kandungan mencapai 1,1 miliar bijih dry metric ton, yang mengandung 13,8 juta ton nikel dengan kadar 1,22% Ni dan 1,0 juta ton kobalt pada kadar 0,08% Co. Adapun, kapasitas produksi tambang tersebut mencapai 14,6 juta wet metric ton pada 2024 dan mampu memenuhi kebutuhan bahan baku nikel hingga 20 tahun ke depan.

Usai melantai di bursa, Devin menyebut bahwa perseroan akan mengoptimalkan aset strategis tersebut, MBMA akan terus membangun dan mengembangkan berbagai infrastruktur yang merupakan rantai nilai hilirisasi nikel hingga menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik.

“Pengoperasian dan pengembangan berbagai proyek strategis tersebut melibatkan berbagai grup bisnis yang merupakan pemain global terdepan dalam rantai nilai baterai kendaraan bermotor listrik, seperti grup Tsingshan, Huayou, serta CATL,” imbuh Devin.

Didukung oleh PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) sebagai induk usaha yang memiliki pengalaman pengembangan proyek pertambangan yang signifikan, MBMA berada pada posisi yang kuat untuk membangun sebuah rantai nilai produksi bahan baku baterai kendaraan bermotor listrik yang terintegrasi secara vertikal.

Saat ini, MBMA telah mengoperasikan smelter RKEF yang memproduksi Nickel Pig Iron (NPI) dengan kapasitas terpasang produksi agregat mencapai 38.000 Ni per tahun per 30 September 2022. Setelah pembangunan atau komisioning smelter RKEF baru, tambang SCM dan proyek AIM I, MBMA diproyeksikan menghasilkan 88.000 Ni per tahun dan 1,2 juta ton asam per tahun.

MBMA juga saat ini sedang dalam proses persiapan pembangunan pabrik peleburan nikel dengan teknologi High Pressure Acid Lead (HPAL) I tahap I dengan kapasitas 60.000 ton per tahun, untuk menghasilkan material dalam rantai nilai bahan baku baterai kendaraan bermotor listrik.

“Setelah IPO ini, kami berharap eksekusi terhadap rencana bisnis perseroan dapat berjalan secara maksimal dan tepat waktu, yang didukung dengan penggunaan dana hasil IPO,” kata Devin.

Devin menambahkan, sebagai perusahaan publik, perseroan berkomitmen untuk memberikan nilai tambah yang optimal kepada seluruh shareholders dan menjadi bagian penting dalam proses transisi menuju energi bersih yang menjadi tujuan pemerintah Indonesia dan dunia.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya