JAKARTA - Dalam laporan Indonesia Economic Prospects (IEP) terbarunya, Bank Dunia mencatat bahwa Investasi Asing Langsung (FDI) telah menjadi sumber pendanaan eksternal yang stabil selama tiga tahun terakhir.
Di mana hal itu di tengah arus portofolio dan utang yang lebih fluktuatif dan berjangka pendek.
BACA JUGA:
Adapun Bank Dunia memperkirakan ekonomi Indonesia akan melambat tahun ini karena FDI di Indonesia nilainya lebih rendah dalam produk domestik bruto (PDB) negara karena beberapa pembatasan pasar.
Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Habib Rab mengatakan, kekhawatiran tersebut karena FDI telah berkurang dengan penerapan Omnibus Law tentang penciptaan lapangan kerja oleh pemerintah, yang oleh lembaga keuangan internasional disebut sebagai reformasi andalan.
BACA JUGA:
“Apakah dampak positif terhadap FDI berkelanjutan atau tidak, akan bergantung pada tiga faktor, yakni adanya pasar domestik yang besar, peluang untuk mengolah sumber daya alam dan efisiensi manufaktur,” kata Rab dalam Media Briefing pada Jumat (23/6/2023).
Sebagai hasilnya, cadangan devisa masih tetap kuat dan mendukung apresiasi Rupiah sejak awal tahun 2023. Selanjutnya, Indonesia menjadi lebih tahan terhadap guncangan eksternal.
Hal ini terutama disebabkan oleh penurunan utang kepada non-residen sehingga persepsi investor menjadi lebih baik terhadap aset Indonesia, dan nilai tukar menjadi lebih stabil dibandingkan dengan negara-negara tetangga.
Ekonom Senior Bank Dunia Wael Mansour menambahkan bahwa FDI dalam dolar dan rupiah stabil, tetapi sebagai bagian dari ekonomi, telah menurun dibandingkan sebelum pandemi.
"Ini juga mencerminkan fakta bahwa ekonomi sebagai penyebut telah tumbuh," ujar Mansour.
Menurut Mansour, Indonesia telah berhasil keluar dari pandemi yang tercermin dari indikator ekonomi makro yang kuat, seperti inflasi yang turun lebih cepat dari perkiraan dan pengurangan beban utang baik di sektor publik maupun swasta.
“Namun, masih ada indikasi penurunan produktivitas, perlambatan investasi, dan metrik daya saing yang masih di bawah peers,” kata Mansour.
Tak hanya itu, menurut Mansour, peluang investasi di sektor-sektor yang sudah matang, seperti infrastruktur dasar dan real estate, mungkin telah "tercapai".
“Kita perlu menarik (investasi asing) untuk sektor yang lebih kompleks. Bisa (industri hilir), modal baru, kesehatan dan telco. Ada banyak pilihan," kata Mansour.
Seperti diketahui, Indonesia membukukan pertumbuhan PDB 5,3% tahun lalu, Bank Dunia memproyeksikannya menjadi moderat menjadi 4,9% tahun ini, dan secara umum tetap datar dalam jangka menengah.
Laporan IEP menunjukkan bahwa Indonesia dapat mencapai tujuannya untuk menjadi negara berpenghasilan tinggi pada tahun 2045.
Namun hal ini mungkin memerlukan reformasi kebijakan lebih lanjut untuk mengatasi kendala khusus di bidang-bidang seperti keuangan, pengadaan dan tanah, atau dalam sektor-sektor yang melarang pasar yang dapat diperebutkan.
(Zuhirna Wulan Dilla)