7 Fakta LRT Jabodebek Dinilai Salah Desain, Kok Bisa?

Nasya Emmanuela Lilipaly, Jurnalis
Senin 07 Agustus 2023 03:41 WIB
LRT Jabodebek (Foto: Instagram LRT Jabodebek)
Share :

Pada sebelumnya, terdapat tiga konsultan yang terlibat dalam desain longspan LRT Jabodebek, di antaranya berasal dari Perancis, Systra. Namun, mega proyek transportasi massal ini harus dipercepat, sehingga pemerintah memberikan kepercayaan kepada Arvila Delitriana, konsultan Indonesia lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB).

“Waktu saya masuk, LRT Jabodebek itu punya beberapa konsultan perencana. Ada dari Perancis, ITB dan ITS. Karena sudah ada tiga konsultan, namun karena proyek ini butuh percepatan, masuklah saya lewat Pak Ujang ini yang kebetulan Pimpinan proyek (Project Manager),” ujar Arvilla.

2. LRT yang Ingin Diselesaikan Dengan Cepat

Pemerintah menginginkan supaya transportasi massl ini dapat selesai dengan cepat, sehingga mereka memberikan kepercayaan kepada Arvila Delitriana, konsultan Indonesia lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB).

“Waktu saya masuk, LRT Jabodebek itu punya beberapa konsultan perencana. Ada dari Perancis, ITB dan ITS. Karena sudah ada tiga konsultan, namun karena proyek ini butuh percepatan, masuklah saya lewat Pak Ujang ini yang kebetulan Pimpinan proyek (Project Manager),” ujar Arvilla.

3. Terdapat Beberapa Opsi Mengenai Desain LRT Sendiri

Dengan argumentasi yang kuat, Alvira menambahkan opsi keempat, tanpa Pier atau tiang di tengah lengkungan. Seorang konsultan asal Jepang mengatakan bahwa hal itu mustahil dan sulit dilakukan, kalau bisa disambung tanpa tiang, kontraktor Adhi Karya tidak akan bisa.

“Tapi saya berkeyakinan bahwa setiap jembatan memang punya resiko ya masing-masing. Tapi selama perhitungannya tepat saya yakinkan bahwa itu bisa dilakukan,” ucapnya.

Alvira berargumen dengan menggunakan Pier atau tiang di tengah lengkung sepanjang 148 meter dibantahnya sebab di bawah jembatan lengkung terdapat dua ruas jalan yang saling berhimpitan, tepatnya Jalan Gatot Subroto dan Jalan Tol Layang.

“Nah jalan yang berhimpitan itu kalau dibangun pondasi untuk Pier bisa rawan getaran kalau sewaktu-waktu ada gempa kecil. Makanya saya berkeyakinan dibangun saja tanpa tiang di tengah. Tentu perhitungannya harus tepat dengan menambah banyak gaya dalam perhitungannya,” jelasnya.

Menurutnya, setiap enginer tak pernah bisa meremehkan pembangunan atau perencanaan suatu struktur atau bangunan jembatan sekalipun. Jika alasannya, berbahaya dan penuh resiko, maka seharusnya semua pembangunan jembatan punya resikonya sendiri-sendiri.

“Jadi waktu itu saya lawan argumen dari konsultan Jepang. Saya menyakinkan bahwa bisa pasang bentangan tanpa tiang. Dan alhamdulillah, dengan perhitungan matang, semua berjalan sesuai rencana,” katanya.

4. Saat Peresmian LRT

Saat peresmian, Alvira memang tak bisa hadir di acara Seremoni yang dihadiri empat menteri sekaligus, diantaranya Menko Luhut Binsar Panjaitan, Menteri PUPR Basuki Hadimoeljono, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi serta Menteri BUMN Erick Thohir. Alvira beralasan ada urusan kantor yang tidak bisa ditinggalkan.

Ketika konsultan asal Perancis Systra mempertanyakan masterpiece proyek yang kurang lebih sama dengan jembatan longspan lengkung LRT ini, Alvira merujuk pada proyek Jembatan Lingkar Semanggi yang dibangun semasa kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

Dia mengatakan tingkat kesulitannya kurang lebih sama, bahkan dengan lengkung yang lebih karena melingkar. “Pada akhirnya saya bisa menunjukkan bahwa jembatan longspan dengan kasus serupa ini pernah dikerjakan oleh anak bangsa juga,” jelasnya.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya