JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) kembali ditutup melemah ke 32 poin di level Rp15.217 pada perdagangan, hari ini Selasa (8/8/2023).
Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS menguat karena posisi pasar obligasi meningkat selama seminggu terakhir, dengan greenback naik untuk mengantisipasi pembacaan indeks harga konsumen (CPI) pada hari Kamis yang diperkirakan akan menunjukkan beberapa tanda inflasi yang kaku.
"Impor dan ekspor China turun jauh lebih cepat dari yang diharapkan pada bulan Juli, data pada hari Selasa menunjukkan, dengan impor turun 12,4% dari tahun sebelumnya sementara ekspor berkontraksi 14,5%, tanda lain dari pemulihan ekonomi negara yang goyah, sehingga bank sentral China perlu langkah-langkah stimulus lebih lanjut dari Beijing," tulis Ibrahim dalam risetnya.
Komentar Fed menawarkan pandangan beragam tentang kenaikan di masa depan Komentar terbaru dari pejabat Fed menawarkan pandangan yang berbeda tentang kenaikan suku bunga di masa depan oleh bank sentral.
Gubernur Fed Michelle Bowman mengatakan pada hari Senin bahwa lebih banyak kenaikan suku bunga kemungkinan akan diperlukan untuk membawa inflasi lebih dekat ke kisaran target tahunan Fed. Sementara inflasi telah mereda secara substansial tahun ini, masih jauh di atas target Fed. Inflasi inti juga sebagian besar tetap kaku.
Di sisi lain, Presiden Fed New York John Williams mengatakan bahwa dia yakin ekonomi AS bergerak ke lingkungan yang tidak terlalu inflasi, dan bahwa Fed hampir mencapai tingkat suku bunga puncak selama siklus ini.
Komentar mereka datang menjelang data inflasi IHK yang akan dirilis pada hari Kamis, yang dapat menunjukkan tanda-tanda peningkatan, menurut jajak pendapat Reuters. Tanda-tanda inflasi AS yang kaku memberi Fed lebih banyak ruang kepala untuk terus menaikkan suku bunga.
Dari sisi internal, ketegangan antara Polandia dan Belarusia kian memanas setelah insiden pelanggaran ruang udara oleh dua helikopter dari Belarusia serta tentara bayaran Wagner semakin dekat ke perbatasan.
"Hal ini dikhawatirkan akan memancing tensi geopolitik yang dapat mempengaruhi pemulihan ekonomi global khususnya di eropa. Apalagi perang antara Rusia – Ukraina tidak akan segera mereda atau bahkan semakin berlarut-larut," ungkap Ibrahim.
Dengan ketegangan tersebut, akan mengganggu rantai pasok global di sektor pangan khususnya gandum yang bukan hanya berdampak di negara maju di Eropa, tapi juga Indonesia. Karena beberapa negara di Kawasan tersebut merupakan eksportir bahan pangan tepung dan gandum.
Dampak langsung dari tensi ini hanya akan dirasakan oleh negara maju khususnya di Eropa, karena adanya disrupsi rantai pasok pangan yang bisa memicu kenaikan inflasi. Sehingga, penurunan suku bunga di Eropa yang diharapkan menurun pada awal 2024 kemungkinan tidak akan terjadi.
Meskipun di Indonesia tidak akan terkena dampak langsung dari memanasnya Polandia dan tentara bayaran Wagner. Di mana Indonesia relatif terisolasi dengan apapun yang terjadi di benua Eropa, karena hubungan bisnis yang tidak besar.
Namun, Pemerintah Indonesia diminta terus waspada dan terus memperkuat fundamental ekonominya untuk mengantisipasi tekanan dari eksternal yang masih diselimuti ketidakpastian.
Penting bagi pemerintah, untuk memperkuat fundamental ekonomi ,sehingga kalau ada tekanan atau shock dari eksternal karena perang atau apapun fundamental, maka penting bagi indonesia memperkuat dirinya sendiri, salah satunya yaitu dengan mengoptimalkan potensi Sumber Daya Alam dalam negeri dengan hilirisasi.
Jadi lebih baik indonesia memperkuat dirinya sendiri dengan mengoptimalkan potensi SDA dalam negerinya salah satu solusinya yaitu hilirisasi, atau lebih suka menyebutnya re-industrialisasi. Baik itu pertambangan, kelautan, perikanan maupun sektor pertanian.
Dari sentimen tersebut, mata uang rupiah besok diprediksi bergerak fluktuatif cenderung melemah di rentang Rp15.190 - Rp15.260.
(Taufik Fajar)