"Karena kalau tidak ada hilirisasi, kita hanya mengekspor barang-barang mentah. Nah ini peluang usahanya disini. Ke depan kita mendorong yang namanya hilirisasi. Total ekspor nikel pada pada tahun 2017 itu hanya USD3,3 miliar, begitu kita larang ekspor pada tahun 2020, dan kita bangun hilirisasi, sekarang nilai ekspor kita mencapai USD30 miliar. Naiknya sepuluh kali lipat ketimbang kita belum melakukan hilirisasi," papar Bahlil.
Tak hanya keluar dari middle income trap, Indonesia juga optimis menjadi negara maju dengan hilirisasi.
"Dan untuk Indonesia menjadi negara maju tidak ada cara lain. Hilirisasi harus kita bangun. Kita sudah susun Peta Jalan Hilirisasi Investasi Strategis sampai 2040 yang membutuhkan investasi sebesar USD545,3 miliar. Kalau ini tidak kita lakukan, negara kita akan tetap berjalan di tempat," beber Bahlil.
Bahlil menyebut negara-negara maju tak lagi bertumpu pada konsumsi sebagai instrumen pertumbuhan ekonomi. "Negara-negara maju sudah menjadikan investasi (hilirisasi) sebagai instrumen pertumbuhan," pungkas Bahlil.
(Feby Novalius)