JAKARTA – CEO Toridoll Holdings Takaya Awata menjadi pengusaha mie instan sukses di Jepang. Setelah droup out kuliah, dirinya merintis usaha mie instan yang kini populer di dunia.
Dia dikenal dengan restoran mie udonnya yang populer. Malah dari usahanya ini, Takaya masuk dalam jajaran miliarder.
Toridoll telah mengoperasikan hampir 1.900 restoran di seluruh dunia dengan saham yang melonjak lebih dari sepertiganya selama setahun terakhir usai pandemi.
Berdasarkan harga penutupan, Jumat 25 Agustus 2023, saham milik Takaya Awata di Toridoll sebesar 48% dan bernilai USD1,1 miliar.
Pada 1990, Toridoll telah berkembang menjadi salah satu operator kedai mie terkemuka di Jepang dengan jaringan seperti Marugame Seimen, setelah didirikan oleh Takaya Awata. Toridoll juga memiliki restoran yang menyajikan mie beras Cina pedas, pancake, ramen, dan tempura yang baru digoreng.
Takaya Awata telah berfokus untuk memperluas jejak Toridoll di seluruh dunia sejak 2010. Di Jepang, perusahaan tersebut sudah memiliki lebih dari 1.000 restoran. Tak hanya itu, mereka juga hadir di Amerika Serikat, Inggris, Kamboja, Hong Kong, Indonesia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam.
Sebagian dari ekspansi global tersebut dicapai melalui akuisisi. Pada tahun 2015, Takaya Awata mengakuisisi rantai makanan cepat saji Asia, Wok to Walk, yang hadir di Eropa.
Kemudian tahun 2018, Toridoll membayar USD242 juta untuk Tam Jai International, operator jaringan mie populer di Hong Kong, TamJai dan SamGor, dan membawanya ke publik dalam IPO senilai USD180 juta tiga tahun kemudian. Lalu pada bulan Juni 2023, Toridoll membeli Fulham Shore, operator restoran pizza dan makanan Yunani di Inggris, dengan harga sekitar USD118 juta.
Tak cukup sampai disitu, Toridoll kini telah mengalokasikan lebih dari USD650 juta untuk merger dan akuisisi di Eropa, Asia, dan Tiongkok, dengan tujuan melipatgandakan jumlah restoran miliknya menjadi lebih dari 5.500 dan menggandakan pendapatan hingga USD2 miliar dalam lima tahun ke depan.
Pada kuartal terakhir di bulan Juni, Toridoll melaporkan rekor pendapatan sebesar USD360 juta, naik 20% dari periode yang sama tahun lalu. Selain menarik lebih banyak pengunjung ke restorannya, perusahaan ini juga menambahkan bagian makanan untuk dibawa pulang, yang berkontribusi pada kenaikan pendapatan.
Namun, inflasi berdampak pada pendapatan Toridoll karena kenaikan biaya bahan makanan, misalnya, mengakibatkan penurunan laba bersih kuartalan sebesar 20% menjadi USD50 juta.
Takaya Awata telah terjun ke dunia bisnis restoran setelah putus kuliah dari Universitas Studi Luar Negeri Kota Kobe. Pada usia 25 tahun, dia membuka restoran ayam panggang gaya Jepang pertamanya pada tahun 1985.
"Kami hampir tidak mendapatkan bisnis apa pun," ungkap Takaya Awata dalam sebuah wawancara dengan penyiar Jepang NHK.
Diketahui bahwa kunjungan ke kampung halaman mendiang ayahnya di prefektur Kagawa, Jepang, yang terkenal dengan kedai mie udon, memberinya ide baru. Melihat antrean panjang di luar kedai udon dengan menyajikan mi kenyal dari tepung terigu tepat di depan pelanggan mereka menjadi sebuah pemandangan yang digambarkan Awata dalam sebuah posting blog sebagai pengalaman emosional tentang makanan. Hal tersebut membirikan inspirasi terhadap dirinya untuk membuka kedai mi sendiri.
Daripada mie yang diproduksi pabrik, Takaya Awata lebih memilih untuk menawarkan hidangan yang baru dimasak sebagai pengalaman sensorik yang menarik bagi pelanggan. Di restoran swalayan Toridoll yang terjangkau, mie disiapkan di depan pengunjung di dapur terbuka dan biasanya disajikan dalam kaldu kecap dengan pilihan topping yang berbeda.
Seiring dengan berkembangnya jaringan restorannya, dia membawa perusahaannya menjadi perusahaan publik di Bursa Efek Tokyo pada tahun 2006. Awalnya didaftarkan di bursa Mothers untuk perusahaan rintisan dan pindah ke bagian TSE'S First dua tahun kemudian. Hal ini memberinya kemampuan untuk mengembangkan usahanya lebih jauh lagi.
Saat berlibur ke Hawaii, Takaya Awata mendapat firasat bahwa mungkin ada pasar luar negeri untuk konsepnya. Pada tahun 2011, Toridoll membuka restoran pertamanya di Hawaii, diikuti oleh restoran di Cina, Indonesia dan negara-negara lain yang lebih dekat dengan negara asalnya. Pada tahun 2021, restoran Marugame Seimen pertama dibuka di London. Alih-alih menggunakan pendekatan satu rasa untuk semua selera, dia memastikan bahwa selera rasa lokal terpenuhi. Restorannya menawarkan, misalnya, kaldu berbahan dasar tomat di Cina, yang dibuka pada tahun 2012, dan topping cabai di Indonesia, yang diluncurkan setahun kemudian.
Selama pandemi, Takaya Awata menyediakan mie udon gratis untuk anak-anak kurang mampu dengan truk makanan yang berkeliling Jepang dan juga menyediakan makanan di rumah sakit untuk para petugas kesehatan.
"Hal-hal yang membangkitkan hasrat untuk makan tersembunyi di tempat-tempat yang tidak terduga," tulis Takaya Awata di situs web Toridoll.
"Kami menemukan hal-hal tersembunyi tersebut dan menawarkannya sebagai nilai baru untuk membangkitkan kegembiraan pada pelanggan kami. Ini adalah kekuatan pendorong terbesar untuk pertumbuhan dan misi kami," pungkasnya.
(Feby Novalius)