JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi bersama Kementerian Sosial (Kemensos) tengah memperbaiki Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang digunakan sebagai acuan untuk penyaluran bantuan sosial.
"Selama ini disebut penyakit bansos satu orangnya fiktif, dua orang miskin enggak dapat tiga orang kaya malah dapat, nah itu selalu penyakitnya DTKS," kata Deputi Bidang Pencegahan dan Monitoring KPK Pahala Nainggolan di Gedung ACLC KPK, Jakarta Selatan seperti dilansir Antara, Minggu (10/9/2023).
BACA JUGA:
Pahala mengatakan serangkaian perbaikan DTKS sudah dilakukan sejak 2020. Awalnya sebanyak 99 juta data orang miskin dalam DTKS hanya 44 persen yang sinkron dengan data Nomor Induk Kependudukan.
"Jadi waktu itu awal pandemi Covid-19, orang yang diberi (bansos) kadang sudah meninggal atau tidak tinggal di situ, itu karena kita tidak padankan dengan NIK 100%," katanya,
Dia menyebut DTKS 98,9% padan dengan NIK artinya data DTKS orangnya ada di Indonesia dan belum meninggal, sehingga penyakit nomor satu sudah selesai..
BACA JUGA:
Namun penyakit bansos nomor dua dan tiga itu penanganannya ada di tangan aparatur di daerah.
Pahala mengatakan berdasarkan DTKS terbaru per Juli 2023 ada 65,6 juta data penerima bansos yang dihapus karena penerima sudah meninggal dunia, tidak sinkron dengan data NIK dan data ganda.
"Yang perbaiki ini daerah, nah ini daerah mulai merespon, karena kita bilang kalau Anda tidak usulkan kita tidak beri (bansos), kalau diusulkan salah kita tidak respon tapi kalau diperbaiki kita respon," ucapnya.