JAKARTA – Polusi udara akibat di Ibu Kota Jakarta semakin menjadi-jadi. Tercatat dari website IQAir, indeks kualitas udara di Jakarta menyentuh angka 161 di beberapa titik, bahkan di Kemayoran mencapai 170. Hal itu membuktikan bahwa kualitas udara di Jakarta tidak sehat.
Menurut Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro, penggunaan bahan bakar minyak yang kurang sesuai dengan standar menjadi salah satu penyebab. Di mana sektor transportasi sangat tinggi mengakibatkan polusi udara.
Kemacetan kembali terjadi setelah KTT ASEAN selesai. Padahal saat konferensi tersebut, penggunaan kendaraan pribadi dibatasi dengan program work from home (WFH) 75% bagi Aparatur Sipil Negara serta rekayasa lalu lintas.
“Untuk sektor transportasi, penting bagi pemangku kebijakan untuk mempercepat peralihan mayoritas konsumsi BBM masyarakat agar sesuai standar emisi yang berlaku,” katanya, Rabu (13/9/2023).
Sebagai informasi, baru-baru ini pemerintah tengah melontarkan wacana menghapus Pertalite RON 90 pada 2024, kemudian mengalihkan subsidi ke produk Pertamax Green 92 yang merupakan campuran Pertalite dengan etanol 7%.
Komaidi juga menegaskan, PLTU Suralaya sudah mengurangi operasional dari 4 unitnya sejak 29 Agustus 2023, polusi udara di Ibu Kota justru tetap mengalami kenaikan. Maka dari itu, paparnya, tidak bijak juga menyalahkan PLTU batu bara.