JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati buka-bukaan soal pergerakan nilai tukar Rupiah yang melemah lawan dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah kini berada di posisi Rp15.870 per USD.
BACA JUGA:
Menurut Sri Mulyani, pasar keuangan domestik Indonesia tengah menghadapi tekanan karena Rupiah melemah, yield SBN naik dan adanya capital outflow.
"Sebetulnya Rupiah kita dalam posisi baik depresiasinya meskipun orang Indonesia sukanya melihat nominal, tapi kalau lihat pergerakan depresiasi Rupiah secara year to date (ytd) di 0,7%," katanya dalam Konferensi Pers APBN KITA Edisi Oktober 2023 di Jakarta, Rabu (25/10/2023).
Penyebabnya memang adalah dolar AS yang menguat. Indeks DXY mengalami kenaikan 2,7% ytd.
"Secara relatif, dolar AS yang menguat, sehingga banyak mata uang yang terdepresiasi, bahkan mata uang negara-negara tetangga pun juga ikut melemah," katanya.
Portofolio outflow terutama sejak September, disebabkan meningkatnya dinamika pasar global seiring meningkatnya ekspektasi higher for longer dan meluasnya konflik geopolitik.
"Meskipun secara ytd masih inflow Rp43,6 triliun, karena ada SBN inflow Rp50,5 triliun dan saham outflow Rp6,9 triliun," ujarnya.
Terjadi outflow pada bulan September dan Oktober masing-masing adalah SBN sebesar Rp23,3 triliun dan Rp10,3 triliun, kemudian saham masing-masing Rp4,1 triliun dan Rp1,7 triliun.
Sri Mulyani engaku bahwa pasar SBN tertekan, di mana yield SUN 10y naik dari 6,38% dan per 31 Agustus menjadi 6,91% pada 29 September, lalu 7,24% pada 24 Oktober.
(Dani Jumadil Akhir)