“Terima kasih kepada karyawan, kontraktor, dan pemangku kepentingan lainnya atas komitmennya dalam mengedepankan praktik penambangan yang baik,” imbuh Febriany.
Perihal kinerja, INCO membukukan laba bersih sebesar USD221,08 juta atau Rp3,52 triliun hingga kuartal III 2023. Angka itu naik 31,29% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar USD168,38 juta.
BACA JUGA:
Sejalan dengan laba, pendapatan perseroan juga naik 7,33% menjadi USD937,89 juta atau Rp14,93 triliun, dari sebelumnya sebesar USD873,77 juta. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh peningkatan volume pengiriman nikel dalam matte.
Sementara itu, beban pokok pendapatan INCO selama sembilan bulan pertama tahun 2023 tercatat sebesar USD650,99 juta atau Rp10,36 triliun, naik 6% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2022. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh konsumsi bahan bakar dan biaya-biaya terkait.
Dari sisi kinerja produksi, INCO mencatatkan volume produksi sebesar 51.644 metrik ton selama sembilan bulan pertama tahun ini dan sebesar 17.953 metrik ton selama periode Juli-September 2023.
“Pencapaian ini patut diapresiasi yang tentunya tidak lepas dari penerapan strategi pemeliharaan yang efektif serta kinerja operasional yang luar biasa,” kata Febriany.
Lebih lanjut, menyusul penandatanganan Perjanjian Definitif dengan Huayou dan Ford pada 30 Maret 2023 lalu, perseroan dengan bangga mengumumkan penyelesaian evaluasi dan persetujuan Dewan Komisaris atas tambang Pomalaa dengan investasi senilai USD925 juta yang akan memasok biji ke Pomalaa HPAL.
Hal ini lebih lanjut untuk mendukung rantai pasokan kendaraan listrik di Indonesia.
(Zuhirna Wulan Dilla)