JAKARTA - Harga cabai semakin pedas. Seperti harga cabai rawit merah di sejumlah daerah menyentuh Rp100 ribu per kilogram (kg).
Juru Bicara Nasional Partai Perindo Yerry Tawalujan menilai, harga cabai rawit merah melonjak tinggi disebabkan kemarau panjang dan kekeringan. Sehingga menyebabkan hasil panen cabai rendah dan harga melonjak naik.
"Jadi tidak sepenuhnya benar kalau tingginya harga menguntungkan petani cabai. Kan produknya sedikit, jadi petani tidak bisa untung banyak," kata Yerry kepada wartawan, Selasa (7/11/2023).
Oleh karena itu, Yerry yang akan maju sebagai Caleg DPR RI dari Dapil Sulawesi Utara mendorong Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan sebaiknya mengatur tata kelola niaga cabai dengan membuka keran impor untuk memperbanyak stok cabai dalam negeri.
"Sebagai langkah preventif, kami usulkan pihak Kementerian Perdagangan untuk impor cabai untuk mengamankan stok. Kalau ketersediaan barang tinggi, harga cabai bisa turun," ujar dia.
Dengan demikian, Yerry menyarankan agar Mendag jangan terlalu cepat bersikap tidak mengapa harga cabai melonjak tinggi demi keuntungan petani. Karena selain petani cabai belum tentu untung, jutaan keluarga yang selera makannya bergantung pada cabai juga menderita karena harganya tinggi.
Menurut Yerry, Pemerintah bisa saja impor cabai dari China sebagai negara penghasil cabai terbesar dunia. Sebagai perbandingan, menurut data Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO), produksi cabai China per tahun mencapai 15,8 juta ton. Sedangkan produksi cabai Indonesia hanya 1,8 juta ton.