JAKARTA - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan penerapan uji coba tol nir sentuh bakal mengukur potensi kerugian yang kerap dikhawatirkan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT).
Saat ini adanya kekhawatiran dari BUJT terkait potensi tidak bayarnya kendaraan karena tol nir sentuh hanya merupakan asumsi dari para pengusaha tol. Karena belum pernah dilakukan uji coba sebelumnya.
"Dari mana 20 persen itu (potensi kerugian BUJT). Orang belum pernah dilakukan uji coba. Justru dengan uji coba itu untuk mengukur itu (kerugian BUJT), berapa lost nya. Kalau ada kekhawatiran begitu tapi hanya asumsi kita gak bisa putuskan, makannya sekarang dicoba," ujar Menteri Basuki di Jakarta, Selasa (14/11/2023).
Lebih lanjut, Menteri Basuki menambahkan uji coba perdana tol nir sentuh di Tol Bali - Mandara ini juga nantinya masih menggunakan palang tol. Sehingga tidak serta merta melepas palang dan langsung membebaskan kendaraan untuk masuk.
Uji coba tersebut bertujuan untuk mengukur akurasi kamera atau teknologi GNSS (Global Navigation Satelite System) yang bakal menangkap kendaraan yang lewat menggunakan citra satelit. Sebab keakurasian kamera atau teknologi tersebut bakal menjadi kunci untuk menjamin pendapatan para BUJT.
Selain itu menurutnya saat ini masalah registrasi kendaraan agar bisa terdata pada teknologi tol nir sentuh ini juga masih menjadi tantangan tersendiri. Karena nantinya kendaraan bakal melakukan transaksi lewat sebuah aplikasi bernama CANTAS, sehingga tidak lagi di gerbang tol.
"Registrasinya belum semua mobil itu teregistrasi. Sehingga nanti lost nya berapa itu kan berdasarkan dari registrasi," kata Menteri Basuki.
Sebelumnya mantan Direktur Utama PT Roatex Indonesia Tollroad System (RITS), Musfihin Dahlan menuturkan penerapan jalan tol nirsentuh di Indonesia bisa mengancam Badan Usaha Jalan Tol (BUJT).
Menurutnya hingga saat ini teknologi MLFF yang ditawarkan oleh Hungaria belum bisa menjamin pendapatan BUJT 100 persen. Kemungkinan itu dapat terjadi ketika tidak ada palang di gardu tol sehingga kendaraan tidak perlu berhenti untuk melakukan transaksi.
"Sampai hari ini yang bisa di deliver kepada kita itu kurang lebih 80 persen. Jadi ada potensi 20 persen lost penerimaan dari BUJT, ini yang membuat kita belum bisa menerapkan sistem teknologi MLFF ini pada tanggal 1 Juni besok," kata Musfihin saat ditemui MNC Portal beberapa waktu lalu.
(Feby Novalius)