JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun dan dinilai tidak akan mencapai target 5,3% pada 2023. Ada beberapa alasan dan penyebab pertumbuhan ekonomi 2023 tidak capai target.
“Setelah yang kita tahu bahwa target pertumbuhan ekonomi di 2023 itu ada 5,3%. Tapi pencapaian di triwulan III kemarin kita turun dari 5,17% ke 4,94%. Sehingga rata-rata pertumbuhan ekonomi di tiga triwulan itu 5,05%. Jadi, untuk ke target 5,3% itu masih ada sekitar 0,25% lagi yang harus dicapai di 3 bulan terakhir di triwulan keempat.” ucap Peneliti Center of Macroeconomics and Finance, INDEF Riza A Pujarama dalam diskusi publik INDEF Evaluasi dan Perspektif Ekonom Perempuan terhadap Perekonomian Nasional, Kamis (28/12/2023).
Riza memaparkan bahwa sektor yang paling berkontribusi terhadap pembentukan PDB dari segi pengeluaran adalah konsumsi rumah tangga yang mencapai share hingga 52%. Meski demikian, sektor tersebut mengalami penurunan dari 5,22% menjadi 5,06%. Hal ini membuat pertumbuhan ekonomi di triwulan III menurun.
Sementara itu industri pengolahan mengalami perlambatan. Share di bidang industri ini terus menurun.
“Konsumsi melambat ini juga diperkuat dengan komposisi penggunaan rumah tambah bertambah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia bahwa konsumsi itu melambat. Di sisi lain tabungan juga terus turun tapi ternyata dipakai untuk bayar cicilan bukan untuk konsumsi sehari-hari,” jelas Riza.
Dirinya menyimpulkan bahwa ada perubahan pola konsumsi yang berarti para konsumen menahan konsumsinya. Hal ini membuat konsumsi rumah tangga menurun.
Selain itu, Riza juga menjelaskan bahwa dari sisi sektoral Purchasing Managers Index (PMI) mengalami kenaikan dari 51,5% ke 51,7% per November 2023 namun lebih lambat dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
“Dari sisi sektoral sebenarnya PMI kita naik dari 51,5% ke 51,7%. Tapi jika dibandingkan, untuk November ini kita naik, kita meningkat kembali, tapi dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya kita itu masih melambat,” jelasnya.
(Dani Jumadil Akhir)