Sedangkan dalam teknik menggunakan vektor Agrobacterium tumefaciens, gen yang diinginkan dikombinasikan dengan vektor tersebut. Vektor ini kemudian dicampur dengan sel tanaman target. Melalui proses infeksi dan transformasi, gen yang diinginkan akan masuk ke dalam sel tanaman dan mengintegrasikan dirinya ke dalam genom tanaman tersebut. Selanjutnya, melalui proses in vitro, sel target tersebut akan berkembang menjadi tanaman GM yang diinginkan.
Sebagai contoh, dalam pengembangan tanaman jagung Bt (Bacillus thuringiensis), gen yang berasal dari bakteri Bt yang memiliki sifat sebagai toksin bagi serangga tertentu dimasukkan ke dalam tanaman jagung. Ketika tanaman jagung ini dimakan oleh serangga target, protein toksin tersebut akan membunuh serangga tersebut, sehingga tanaman jagung menjadi tahan terhadap serangan serangga tersebut.
Pengembangan tanaman GM juga dilakukan dalam berbagai penelitian di Indonesia. Misalnya, pengembangan tanaman GM yang tahan terhadap hama dan penyakit seperti Hawar Daun Bakteri pada padi. Penelitian ini dilakukan oleh Kementerian Pertanian di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB Biogen).
Tanaman transgenik atau PRG (Produk Rekayasa Genetika) memiliki beberapa keuntungan. Pertama, tanaman transgenik dapat mengurangi penggunaan herbisida dan pestisida, karena beberapa tanaman transgenik telah dimodifikasi untuk tahan terhadap serangan hama dan penyakit tertentu. Kedua, tanaman transgenik juga dapat mengurangi penggunaan pupuk, seperti pada padi Padin yang efisien dalam memanfaatkan nitrogen.
Ketiga, tanaman transgenik dapat memiliki ketahanan terhadap perubahan iklim, seperti toleransi terhadap kekeringan, salinitas, dan suhu tinggi.
"Keempat, tanaman transgenik dapat meningkatkan produksi, seperti kentang transgenik yang menghasilkan panen yang lebih tinggi dibandingkan dengan kentang non-transgenik”, ujar Tri.
Untuk pengadopsian tanaman transgenik di Indonesia masih perlu diatur dalam regulasi yang sesuai. Saat ini, beberapa produk transgenik seperti kedelai dan tempe dari kedelai transgenik telah digunakan secara luas di Indonesia.
Namun, untuk tanaman transgenik lainnya, seperti kentang transgenik, masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait keamanan hayati, pakan, dan lingkungan sebelum diadopsi secara luas.
(Feby Novalius)