Wapres menambahkan, proses penjagalan dilakukan setelah sapi berkurang kesadarannya, kemudian disembelih manual oleh penjagal, selayaknya proses sembelih yang sesuai syariat Islam. Selanjutnya, sapi akan dikuliti dan dipotong-potong dengan bantuan mesin.
“Setiap hari 450 sampai 600 ekor sapi diekspor ke Indonesia, hanya sebagian kecil untuk dunia, paling banyak saya tanya [diekspor] ke China (Tiongkok) dan AS,” ungkapnya.
Lebih lanjut Wapres menuturkan, dari jumlah tersebut, hanya sebagian kecil yang diekspor ke Indonesia.
“Ke Indonesia ada dari sini, dari Australia, dan ada juga Brasil. Di sini belum begitu besar, karena yang sebagian besar itu ke China dan AS melayaninya. Tapi cukup besar sekitar 16 persen,” ungkapnya.
Kendati proses halal dalam penyembelihan sapi di Selandia Baru sudah dipastikan, Wapres menegaskan bahwa Indonesia tetap berupaya agar pemenuhan komoditas daging dapat dipenuhi dari dalam negeri, tidak semata mengandalkan impor dari negara lain.
“Saya kira kita swasembada lah,” jawab Wapres ketika ditanya tentang apa yang mungkin dapat diduplikasi dari Selandia Baru.
“Kita harapkan ke depan kita kurangi impor daging sapi. Kita kan punya wilayah-wilayah yang cukup besar di Sulawesi, Kalimantan, di NTT (Nusa Tenggara Timur), ada padang-padang rumput yang luas,” tambahnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)