JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, tambahan likuiditas tersebut untuk membendung dampak kenaikan suku bunga acuan yang berada di level 6,25%.
Sebelumnya Bank Indonesia (BI) memutuskan memberikan tambahan likuiditas perbankan sebesar Rp81 triliun sejalan dengan pertumbuhan kredit yang terus meningkat.
"Sehingga ini untuk memastikan kebutuhan likuiditas untuk menyalurkan kredit itu terpenuhi dari situ, melalui forum ini bagi bank-bank tidak ada keperluan untuk menaikkan suku bunga kredit," jelas Perry dalam acara Perkembangan Ekonomi Terkini BI, Rabu (8/5/2024).
Adapun sejalan dengan pertumbuhan kredit yang terus meningkat, tambahan likuiditas dari KLM diprakirakan dapat mencapai Rp115 triliun pada akhir tahun 2024, sehingga total insentif yang diberikan menjadi Rp 280 triliun.
"Kita sudah takar-takar itu, kami melihat tidak ada keperluan untuk menaikkan suku bunga kredit, karena likuiditasnya kita tambahkan," kata Perry.
Dengan demikian, BI masih yakin 11% pertumbuhan kredit masih bisa tercapai dengan tambahan likuiditas. Sehingga perbankan yang menyalurkan kredit bisa menggunakan SBN-nya untuk repo kepada BI atau ke pasar.
Dari sisi perbankan, Consumer Funding & Wealth Business Head Bank Danamon Ivan Jaya menegaskan, belum ada pemotongan suku bunga kredit untuk tahun ini karena likuiditas terjaga.
"Kalau untuk likuiditas, kami melihat bahwa pertama dengan adanya suku bunga naik dari Bank Indonesia ini, tentunya pemerintah juga mempunyai instrumen-instrumen untuk menjaga nilai tukarnya itu untuk tetap stabil," ujar Ivan di kantornya, Jakarta.
Ivan menambahkan, melalui ekonom dari Bank Danamon memperkirakan bahwa suku bunga 6,25% ini akan bertahan sampai dengan akhir tahun.
"Jadi belum ada pemotongan suku bunga untuk tahun ini, kemungkinan besar adalah di tahun depan," ungkap Ivan.
"Jadi strategi kami itu untuk menjaga tingkat likuiditas itu ada, sehingga kami juga bisa mencapai pertumbuhan kredit yang baik," pungkasnya.
(Taufik Fajar)