Di Asia, rilis data perdagangan Tiongkok diluar dugaan mengalami perbaikan. Ekspor Tiongkok tumbuh lebih besar dari perkiraan pada bulan Mei, didukung oleh kuatnya produksi industri dan permintaan luar negeri. Hal ini menyebabkan neraca perdagangan negara tersebut juga mencatat surplus yang lebih besar dari perkiraan.
Namun pertumbuhan impor Tiongkok jauh lebih lambat dari perkiraan, hal ini menunjukkan bahwa permintaan lokal masih lemah karena perekonomian secara luas bergulat dengan pemulihan ekonomi yang tidak merata. Sentimen terhadap Tiongkok telah memburuk dalam beberapa pekan terakhir di tengah meningkatnya keraguan atas pemulihan ekonomi di negara tersebut dan langkah-langkah stimulus yang lebih banyak dari Beijing.
Dari sentimen domestik, Bank Indonesia (BI) mencatat cadangan devisa RI sebesar USD139 miliar atau setara Rp2.254,8 triliun (kurs Rp16.222/USD) pada akhir Mei 2024. Posisi tersebut naik sebesar USD2,8 miliar atau Rp45 triliun jika dibandingkan dengan posisi pada bulan sebelumnya sebesar USD136,2 miliar.
Perkembangan cadangan devisa pada Mei 2024 tersebut dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa, juga penerbitan global bond pemerintah. Posisi cadangan devisa pada Mei 2024 setara dengan pembiayaan 6,3 bulan impor atau 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Di sisi lain, permintaan dolar AS memasuki musim Haji cenderung meningkat untuk pembayaran kegiatan Haji. Hal ini berpotensi menggerus potensi kenaikan dari cadangan devisa. Lebih lanjut, permintaan Dolar AS saat pembagian dividen dan kupon kepada non residen, serta pembayaran pokok utang juga berpotensi mendorong penurunan cadangan devisa.
Posisi cadangan devisa itu juga masih berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. BI memandang cadangan devisa ke depan akan tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi nasional yang terjaga.
Hal ini juga seiring dengan sinergi respons bauran kebijakan yang ditempuh BI dan pemerintah dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Berdasarkan data diatas, mata uang rupiah untuk perdagangan berikutnya diprediksi bergerak fluktuatif, namun kembali ditutup menguat di rentang Rp16.140 - Rp16.230.
(Taufik Fajar)