Menurutnya, kenaikan ekspor ini mempertimbangkan harga komoditas ekspor Indonesia yang cenderung meningkat seperti crude palm oil (CPO) yang tumbuh 2,6 persen mtm dan batu bara tumbuh 1,8 persen mtm.
Meskipun diakuinya, volume ekspor ini akan cenderung melambat lantaran terindikasi dari PMI manufaktur dari mitra dagang utama Indonesia seperti Tiongkok, Amerika Serikat, India dan Korea.
Sementara itu, lanjut Josua, kinerja impor diperkirakan tumbuh 5,62% mtm, namun terkoreksi 0,42% yoy. Kenaikan harga minyak mentah Brent sekitar 3,3% mtm diperkirakan akan berpotensi mendorong kenaikan impor migas, meski kinerja manufaktur Indonesia pada bulan Juli cenderung menurun,
"Peningkatan surplus (neraca dagang) tersebut juga terefleksi dari peningkatan cadangan devisa pada akhir bulan Juli yang meningkat sekitar US$ 5 miliar," tutupnya.
(Feby Novalius)