Selain itu, stabilitas ekonomi dan politik di Indonesia juga sangat penting untuk diperhatikan. Kestabilan ini membuat nasabah dan investor merasa nyaman menempatkan dananya di Indonesia.
"Ketika terjadi ketegangan keuangan global, investor dan nasabah cenderung mencari negara dengan stabilitas yang lebih baik sebagai tempat investasi," jelasnya.
Jenny juga menyarankan agar pelaku bisnis melakukan evaluasi dan adaptasi terhadap perubahan yang terjadi. Misalnya, saat terjadi perang dagang dan pengenaan tarif oleh pemerintahan Donald Trump, permintaan terhadap produk Indonesia di pasar AS sempat menurun.
"Ini menjadi tantangan bagi pelaku bisnis. Karena itu, strategi ke depan harus mempertimbangkan diversifikasi pasar," katanya.
Ia mencontohkan, jika sebelumnya 90% ekspor Indonesia ditujukan ke pasar AS, maka persentase tersebut bisa turun menjadi 70% atau bahkan 50% dalam beberapa tahun mendatang. Oleh sebab itu, perlu upaya aktif seperti roadshow dan pendekatan ke negara-negara lain seperti China dan Brasil untuk memperluas pasar.
"Saya setuju bahwa kondisi geopolitik membawa plus dan minus. Di sisi negatif, bisnis bisa terdampak, misalnya mengalami penurunan permintaan dan harus melakukan pengurangan tenaga kerja (layoff). Oleh karena itu, kesiapan menghadapi perubahan politik dan ekonomi sangat penting, termasuk dengan gerak cepat (gercep) dalam mengambil strategi," tutupnya.
(Feby Novalius)