JAKARTA - Meski nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) belakangan ini menguat, namun hal tersebut patut diwaspadai. Khususnya terkait impor dan utang luar negeri.
Menurut Kepala Ekonom Bank Mandiri Mirza Adityaswara, dengan menguatnya rupiah maka ini berimbas pada harga impor yang menjadi semakin murah. Dengan demikian, tanpa disadari bisa saja dilakukan impor terus-menerus.
"Rupiah menguat tidak apa-apa, negara lain juga membiarkan mata uangnya menguat. Tapi BI jangan terlalu membiarkan penguatan rupiah begitu saja, karena ini juga akan menjadikan kita lebih kompetitif dibandingkan negara lain. Kita juga harus mewaspadai dua hal, yaitu impor dan utang kepada luar negeri atau swasta dalam dolar," beber Mirza saat ditemui di Plaza Mandiri, Jakarta, Rabu (27/10/2010).
Dia menjelaskan, penguatan nilai tukar rupiah ini tak lain karena mata uang di negara lain juga menguat, serta suku bunga di Eropa dan AS yang juga belum dinaikkan hingga kini. Pun hingga semester I-2011 mendatang, Mirza menilai suku bunga di Eropa dan AS akan tetap, sehingga rupiah diperkirakan masih menguat.
Namun, BI perlu mengantisipasi pada semester II-2011. Pasalnya, ada kemungkinan pada semester II tahun depan, Eropa dan AS akan menaikkan suku bunganya.
"Rupiah akan tetap menguat pada semester I-2011, tapi kalau semester II mungkin akan melemah, karena suku bunga Eropa dan AS kemungkinan dinaikkan. Ini dia yang mesti diwaspadai. Kalau kita sekarang terus-menerus mengutang ke luar negeri atau swasta dengan dolar karena merasa suku bunga rendah, ini bisa bahaya nantinya, apalagi kalau suku bunga dolar naik," tandasnya.(adn)
(Rani Hardjanti)