JAKARTA - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) melemah atas mata uang utama dunia lainnya akibat mixed-nya data ekonomi AS. Rupiah pun berhasil memanfaatkan momentum ini dengan menguat dan berhasil mendekati level Rp9.000 per USD.
Rupiah, menurut kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada akhir perdagangan Rabu (29/12/2010) ditutup menguat ke Rp9.014 per USD, dibandingkan akhir penutupan perdagangan kemarin yang ada di Rp9.032 per USD.
Sementara menurut yahoofinance, rupiah ada di Rp9.002,5 per USD, dengan kisaran rata-rata perdagangan harian Rp9.002,5-9.032,5 per USD. Nilai tukar euro juga tampak menguat ke 1,3121 per USD, begitu juga dengan yen menguat ke 82,215 per USD.
Pelemahan kurs dolar ini juga akibat pelaku pasar yang kembali mengalihkan investasinya ke komoditas. Harga minyak mentah dunia di pasar Asia masih betah berada di kisaran level USD91 per barel menjelang laporan persediaan stok minyak mentah AS yang bakal dirilis pada akhir 2010 ini. Selain itu, badai salju dan ancaman musim dingin di AS juga semakin mendorong harga minyak ini untuk naik.
Seperti dikutip dari Associated Press (AP) Rabu (29//12/2010), harga minyak mentah untuk pengiriman Februari naik tipis satu sen ke posisi USD91,5 per barel pada perdagangan elektronik di New York Merchantile Exchange (Nymex) siang ini waktu Asia.
Sementara seperti dikutip dari Reuters, Rabu (29/12/2010), harga emas naik dipicu oleh tingginya permintaan. Harga emas di pasar spot turun 0,1 persen menjadi USD1.403,67 per ounce. Padahal sebelumnya, harga emas ini melesat hingga USD20. Sementara harga emas di pasar berjangka AS turun USD1,2 menjadi USD1.404,5 per USD.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Lana Soelistianingsaih menjelaskan jika keyakinan konsumen AS (Conference Board’s) untuk bulan Desember turun ke level 52,5 lebih rendah dari ekspektasi analis.
Konsumen, lanjutnya masih merasa belum yakin dengan ketersediaan lapangan kerja di tahun 2011. Kendati penjualan ritel pada musim liburan ini mencatat kenaikan 5,5 persen yoy, lebih tinggi dari penjualan tahun lalu untuk musim yang sama yaitu 4,1 persen, tetapi disaat yang sama harga rumah masih terus turun satu persen mom di bulan Oktober.
Ambivalensi data-data ini bisa jadi mengindikasikan penguatan ekonomi AS yang belum stabil atau kemungkinan penguatan dalam lima bulan terakhir lalu lebih karena faktor musiman.
(Widi Agustian)