JAKARTA - Maraknya pertumbuhan perkantoran di wilayah non central Business District (CBD) seperti di kawasan TB Simatupang, Jakarta Selatan, diperkirakan akan mengalami penumpukan (over supply) pada dua tahun mendatang.
Menurut pengamat properti dari Indonesia Property Watch, Ali Tranghanda, yang dikutip dari laman resmi IPW, Jumat (28/3/2014) pamor TB Simatupang bersinar diperkirakan karena belum ada lagi wilayah-wilayah lain yang dapat menjadi pemekaran dari CBD Jakarta. Sentra Primer Jakarta Barat pun belum menunjukkan perkembangan yang signifikan, meskipun secara lokasi tidak kalah dengan TB Simatupang.
Bahkan, saat ini Ali menyebut pergerakan harga tanah di TB Simatupang terbilang pesat. Saat ini harga tanah bervariasi antara Rp25 juta-Rp45 juta per m2. Kenaikan harga tanah saat ini menjadi terlalu tinggi mengingat sebenarnya wilayah TB Simatupang merupakan wilayah resapan dengan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) rendah antara 20 persen atau paling tinggi 40 persen. Dengan harga yang tinggi menjadikan investasi di sini harus diwaspadai, karena harga akan menjadi terlalu tinggi.
"Harusnya Pemprov DKI Jakarta lebih ketat dalam memberikan ijin karena berkaitan dengan daerah resapan. Karena disinyalir ada beberapa gedung disana yang melewati batas KDB yang ada. Selain itu akses jalan tol menjadi faktor utama berkembangnya TB Simatupang, namun tidak disertai dengan kondisi ebar jalan di jalan arterinya. Dengan semakin menumpuknya gedung perkantoran dan apartemen disini, maka dikhawatirkan beban jalan menjadi tidak memadai, belum lagi banyaknya penyempitan jalur jalan di beberapa titik. Saat ini saja telah terjadi kemacetan,"paparnya.
Sementara itu, menurut Manager Research and Consultancy dari konsultan properti Coldwell Banker Commercial, Meyriana Kesuma menyebut
"Pasarnya beda. Sebab, rata-rata yang berkantor di TB Simatupang sudah memiliki kantor sebelumnya di area CBD. Jadi cenderung mereka (konsumen) berekspansi bukan relokasi," ucapnya.
Peningkatan pembangunan yang ada di TB Simatupang akan menjadikan bumerang bila tidak diantisipasi oleh Pemprov DKI sedini mungkin sebagai pengendali perinjinan. Perkiraan beban jalan yang tidak bisa menampung kendaraan akan menyebabkan terkoreksinya harga tanah nantiDengan penataan yang baik, lanjutnya, wilayah ini akan tetap dapat tumbuh menjadi CBD sekunder yang mungkin akan bersama-sama dengan berkembangnya sentra primer Jakarta Barat.
(Widi Agustian)