JAKARTA - Tim Reformasi Tata Kelola Migas memenuhi janjinya untuk memberi rekomendasi terkait status Pertamina Energy Trading Limited (Petral). Selain memberi rekomendasi melumpuhkan Petral, tim besutan Faisal Basri ini mengungkap sejumlah fakta baru terkait praktik anak usaha dari PT Pertamina (Persero) ini.
"Temuan yang dikumpulkan tim mengungkap adanya mata rantai pengadaan minyak dan BBM tidak mengalami perbaikan yang berarti," kata Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas, Faisal Basri di Gedung Kementerian ESDM di Jakarta, Selasa (30/12/2014).
Adapun temuan terbaru Tim Anti Mafia Migas soal aktivitas Petral sebagai berikut :
1. Petral mengklaim pengadaan minyak lambat laun sudah semakin banyak melalui National Oil Company (NOC), bahkan sekarang sepenuhnya ada di NOC. Dengan perubahan ini muncul kesat kuat mata rantai pengadaan minyak semakin pendek. Padahal kenyataannya NOC yang memenangi tender pengadaan tidak selalu memasok minyaknya sendiri, bahkan kerap memperoleh minyak dari pihak lain.
2. Tidak semua NOC merupakan produsen minyak atau memiliki ladang minyak. Salah satunya NOC Maldives Ltd (tertera dalam daftar mitra usaha Petral). Faktanya, berdasarkan informasi yang diperoleh tim, NOC ersebut beberapa kali digunaka sebagai "kedok untuk memenuhi ketentuan pengadaan minyak oleh Petral.
3. Hingga rekomendasi ini disusun, Tim belum memperoleh data pemasok akhir minyak mentah maupun BBM ke Petral. Data yang diperoleh dari Petfal masih sebatas pemenang tender resmk yang mensyaratkan NOC. Tim sudah meminta Petral memberikan data pemasok akhir pada pertemuan Tim dengan Pertamina dan Petral pada 17 Desember lalu.