JAKARTA - PT Pertamina (Persero) sudah melakukan likuidasi terhadap Pertamina Energy Trading Ltd (Petral). Saat ini, Pertamina pun sudah tidak lagi melakukan impor minyak melalui anak perusahaan BUMN tersebut.
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto sempat bercerita mengenai pembubaran Petral. Menurut Dwi, rencana ini dahulunya sempat menuai protes dari berbagai pihak. Termasuk dari serikat pekerja Pertamina sendiri.
"Dulu saya sempat diprotes terkait rencana pembubaran Petral. Bahkan, saya juga pernah didatangi pekerja Pertamina yang menolak rencana itu," kata Dwi di kantor pusat Pertamina, Jakarta, Selasa (26/4/2016).
(Baca Juga: Likuidasi Petral Sudah Rampung Februari 2016)
Bahkan, pada awal rencana pembubaran Petral, banyak pihak yang acuh terhadap Pertamina. Sebab, Pertamina dinilai tidak akan berani melakukan kebijakan tersebut.
Dengan pembubaran Petral ini, kata Dwi, negara dapat melakukan penghematan hingga Rp2,5 triliun per tahun. Dengan begitu, negara dapat melakukan efisiensi pada sektor energi yang saat ini tengah mengalami fluktuasi harga.
"Kenapa kita bubarkan petral? Dengan upaya yang lebih baik, kita bisa menghemat USD208 juta atau Rp2,5 triliun," tegas Dwi.
Saat ini, secara bertahap mulai terungkap mengenai kerugian negara secara keseluruhan dari produksi Petral. Untuk itu, rencana ini berhasil membuka pintu masuk bagi negara untuk dapat menelusuri praktik-praktik kecurangan dalam industri migas.
"Tapi sekarang mulai terungkap dan akan menjadi pintu masuk untuk ke depannya," tukas Dwi.
(dni)