Dalam sehari, dia membuat sekira 3-5 kalung, tergantung ketersediaan bahan dan pesanan. Dan dalam sebulan, rata-rata dia memproduksi sekira 80 kalung. Dalam sebulan, di luar reseller, dia bisa menjual sekira 50-60 kalung.
Tapi, perjalanan usahanya ini tidak semudah membalikkan tangan. Dia bercerita bahwa usahanya pun tak luput dari masalah, misalnya kendala dalam mencari bahan baku.
“Karena bahan-bahannya tidak dapat dibeli di satu tempat, kita harus rajin hunting dan itu melelahkan,” tutur dia kepada Okezone di Jakarta, baru-baru ini.
Dalam merangkai kalung, Chika memakai bahan baku impor dari China dengan harga yang cukup mahal. Namun pasokan bahan baku tidak selamanya tersedia di pasaran. Sehingga dia kerap harus menunggu lebih dari satu bulan. Namun, semuanya itu dia hadapi dengan kesabarannya dan kemauan yang tinggi demi menghasilkan produk yang berkualitas dan cantik digunakan pelanggan.
Menurut Chika, peluang usaha menjual kalung sangat menjanjikan. Ada beberapa alasan, namun yang utama bagi kaum wanita aksesoris adalah sebuah kebutuhan penting. Apalagi wanita kerap konsumtif dalam membeli aksesoris. Ditambah lagi, tidak semua hawa memiliki keahlian khusus untuk membuat kalung handmade. Peluang itulah yang dia tangkap menjadi sebuah usaha.