Bahkan pelarangan tersebut membuat pertumbuhan ekonomi di wilayah penghasil bauksit anjlok. Dia merincikan, pertumbuhan di Kalimantan secara keseluruhan pulau itu pertumbuhannya hanya 1,1 persen, sedangkan pertumbuhan ekonomi nasional 4,7 persen.
"Ini cuma 1,1 persen Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah merata semua pertumbuhannya hancur akibat dari ini semua," sebutnya.
Disebutkan olehnya, pelarangan ekspor bauksit merupakan permintaan dari perusahaan alumunium Rusia UC Rusal yang berencana investasi pabrik pengolahan bauksit. Namun pada kenyataannya, pabrik pengolahan tersebut tak terealisasi.
"Ya kan kita bisa konstruksi, prosesnya, perubahan-perubahan itu kemudian kita bisa tahu. Kan saya ada fotonya kan. Pak Menko (Hatta) dengan wakil PM Rusia kemudian sama Rusal sama Pak Suryo Bambang Sulisto. Harusnya kan kalau persoalan ini diserahkan ke ESDM. Karena ESDM yang paling tahu bagaimana sih kalau orang janji bangun smelter. Ya ini janji gombal atau apa. Dan ini bukan pertama kali. Sudah sebelumnya melakukan MoU dengan Aneka Tambang 2007, tidak ada realisasinya," tukasnya.
(Fakhri Rezy)