Lebih lanjut Agus menjelaskan, nilai tukar Rupiah yang mengalami tekanan pada kuartal I sejalan dengan penguatan dolar Amerika Serikat (AS). Meskipun Rupiah sempat menguat sebesar 4,4 persen (qtq) ke posisi Rp12.807 per dolar AS, lantaran ditopang oleh pertumbuhan ekonomi (PE) AS yang terus membaik serta kebijakan Quantitave Easing (QE).
"Rupiah sempat menguat pada April sejalan dengan koreksi dolar AS serta membaiknya ekonomi domestik. Sedangkan, penguatan Rupiah sekira 0,59 persen dari Rp13.066 ke Rp12.944 pada Maret terjadi karena perbaikan ekonomi domestik ditopang olah neraca pembayaran Inflasi," ujarnya.
Dia melihat, pergerakan kurs tersebut tidak terlepas dari neraca pembayaran yang surplus ditopang CAD. Tercatat, CAD sebesar USD3,8 miliar atau 1,8 persen dari PDB. "Lebih rendah dari USD5,7 miliar atau 2,6 persen pada bulan sebelumnya atau USD4,1 miliar atau 1,9 persen di kuartal 1 2014," tandasnya.
(Martin Bagya Kertiyasa)