"Dengan adanya industri semen bikin menampung air hujan dari cuaca ekstrim. Kalau secara pengetahuan teknologi, alam bisa diatasi oleh pengetahuan manusia," ucapnya.
"Pembangunan pabrik semen 75 persen tanah kosong, tidak ada rumah yang digusur. Diprediksikan kalau tidak ada masalah Oktober ini atau awal tahun depan mulai ada pembebasan tanah,” tambah dia.
Dengan luas lingkungan pabrik 150 hektar, yang terdiri dari 75 hektar untuk pabrik dan 75 hektar untuk bercocok tanam, pembangunan pabrik semen tersebut ada batasannya. "Itu peraturan dari pemerintah pusat. Jika tidak ada hambatan, diprediksikan pembangunan pabrik semen ini rampung pada 2019,” tuturnya.
Sekadar informasi, pengunjuk rasa berasal dari tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Sukolilo, Tambak Romo, Kayen. Mereka menolak pembangunan pabrik semen di wilayah pegunungan Kendeng karena masyarakat di sana rata-rata bertani. Tak hanya di Pati saja, pembangunan pabrik semen di Rembang juga di tolak.
(Martin Bagya Kertiyasa)