"Faktor utamanya adalah mining drop. Jadi market sekarang menuju ke arah konstruksi," kata Ketua Hinabi, Jamaluddin di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (15/10/2015).
Menurut Jamaluddin, produksi alat berat memang difokuskan kepada sektor pertambangan sekira 70 persen, namun dengan penurunan harga komoditas membuat pemesanan alat berat berkurang yang menyebabkan produksi menurun. Pihaknya pun mengalihkan produksi alat berat ke sektor konstruksi.
"Banyak, ada eskavator, buldoser, dan sebagainya. Kalau itu sudah mampu diproduksi di dalam negeri ya sebaiknya jangan impor lah," jelasnya.
Kendati demikian, walaupun banyak impor alat berat, namun Hinabi dalam produksinya telah melakukan ekspor sebesar 20 persen. Hinabi memiliki kapasitas produksi 10.000 per tahun, dan sekarang hanya terpakai 40 persen-50 persen.