JAKARTA - Teknologi transportasi kereta api terus berkembang. Setelah sukses mengoperasikan Shinkansen, Jepang akan mulai beralih menggunakan Chuo Shinkansen pada 2027.
Pembangunan rel kereta api yang membentang 286 kilometer dari Tokyo hingga Nagoya tersebut ditaksir menelan anggaran hingga 9 triliun yen (Rp1.119 triliun). Presiden East Japan Railway Company (JR East) Tetsuro Tomita mengatakan, proyek ini sesuai dengan visi perusahaan yang ingin berperan dalam pembangunan negara.
Dia optimistis setiap stasiun akan menarik banyak pelanggan. “Stasiun Yamanote sendiri dipersiapkan dapat menampung hingga 130.000 orang per hari,” katanya, dikutip The Nikkei . Tomita, stasiun baru yang akan dilengkapi elevator dan eskalator untuk melancarkan arus lalu lintas keluar-masuk pelanggan.
JR East bahkan akan kembali mengucurkan dana hingga 500 miliar yen untuk membangun tujuh kompleks perumahan, perkantoran, dan fasilitas budaya dan komersial di sekitar jantung Stasiun Shinagawa. Dengan kecepatan mencapai 505 kilometer per jam, Chuo Shinkansen hanya memerlukan waktu tempuh 40 menit dari Tokyo menuju Nagoya.
KA yang memiliki 16 gerbong tersebut akan mengalahkan Maglev Train di China yang melaju dengan kecepatan 431 km per jam. Artinya, Chuo Shinkansen berpeluang menjadi kereta api tercepat di dunia. Manajer JR Central Tomoaki Seki mengatakan, teknologi kereta yang dapat menampung hingga 1.000 penumpang itu sudah diuji coba sejak 1997.
Namun, saat itu JR East masih belum puas. Mereka perlu memastikan Chuo Shinkansen memenuhi standar keselamatan dan tidak boros biaya sehingga uji coba terus dilakukan di setiap tahun. “Kami mencoba menyempurnakan teknologi Chuo Shinkansen dan mencari cara untuk mengurangi biaya operasi, pemeliharaan mesin, dan konstruksi,” kata Seki, dilansir CNN.
“Sejumlah orang ada yang ingin segera mencoba merasakan layanan jasa Chuo Shinkansen. Tapi, konstruksi (relnya) memerlukan banyak waktu,” sambungnya. Penumpang dan penduduk lokal, kata Seki, tidak akan terganggu dengan suara bising kereta api. Sebab, selain akan dilengkapi “jaket” peredam, sekitar 85% rel Chuo Shinkansen berada di bawah tanah.
“Kami harus menggali banyak terowongan. Tapi, atas undang-undang 2001, kami boleh langsung menembus bawah tanah kedua kota,” terang Seki. Hal itu memberikan perbedaan besar dibanding konsep Shinkansen yang menampilkan pemandangan Gunung Fuji pada masa lalu. Tapi, bagi Seki, pengorbanan pemandangan alam ini akan terbayar dengan perjalanan yang lebih singkat.
Dengan Chuo Shinkansen, Jepang akan mengalami kemajuan yang jauh lebih besar di bidang ekonomi. “Saya kira Chuo Shinkansen akan mengubah aktivitas bisnis dan gaya hidup masyarakat,” tutur Seki. JR Central saat ini masih menimbang untuk mengoperasikan demo Chuo Shinkansen selama Olimpiade Musim Panas 2020 di rel eksperimental yang menembus Gunung Yamanashi.
Mereka ingin memberikan pengalaman baru kepada para turis. JR Central mengestimasi, tarif Chuo Shinkansen dari Tokyo menuju Nagoya sekitar 700 yen (Rp87.149). Saat ini KA tercepat di dunia dipegang Maglev Train di China. Disusul Shinkansen, Inter-city Express (Jerman) dengan kecepatan 320 km/jam, TGV (Prancis) dengan kecepatan 297 km/jam, dan Incheon Maglev (Korsel) dengan kecepatan 109 km/jam.
(Raisa Adila)