MAMUJU – Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mendorong Provinsi Sulawesi Barat menjadi sentra produksi tanaman pangan, terutama kakao, karena dianggap tahan terhadap guncangan ekonomi global.
"Dalam keadaan ekonomi turun, masyarakat tetap ingin minum kopi dan cokelat. Batu bara, karet, boleh turun. Tapi, cokelat tidak," katanya saat memberikan sambutan peresmian proyek infrastruktur Pemprov Sulbar di Mamuju, Sabtu (10/12/2016).
JK melihat sejak menjadi provinsi tersendiri pada 10 tahun lalu, Sulbar mengalami kemajuan yang cukup pesat. "Dahulu bagian Sulsel. Pegawai-pegawai yang kurang disiplin di Sulsel dan Makassar dibuang ke Mamuju. Sekarang malah banyak orang yang ingin hadir di sini karena banyak mengalami kemajuan," ujarnya.
"Dulu hanya penghasil kopra. Sekarang cokelat terbaik di dunia datang dari daerah ini. Salah satu penghasil cokelat nasional terbesar dari daerah ini," ungkapnya.
Meski demikian, JK tetap menghargai kerja keras Gubernur Sulbar Anwar Adnan Saleh dan Wakil Gubernur Aladdin S Mengga yang mampu menciptakan pemerataan ekonomi masyarakat.
"Di sini pemerataan lebih baik karena hasilnya untuk orang banyak. Sulbar, Sulteng, dan Sulsel tidak terkena dampak resesi dunia karena mereka buat produksi makanan. Saat nikel dan batu bara turun, cokelat dan jagung tidak. Ekonomi rendah, orang bangun tidur pasti cari kopi dan cokelat, tidak akan beli motor," tuturnya.
Guna mendukung hal itu, lanjut JK, dibutuhkan infrastruktur yang bagus dan modal usaha bagi pertanian. Oleh karena itu, dia juga mendorong agar pemerintah daerah setempat membantu para petani mendapatkan kredit usaha rakyat.
Sementara Gubernur Anwar Adnan Saleh menuturkan saat ini kakao telah menjadi primadona bagi petani di Sulbar. "Pada 2008, Wapres mencanangkan gerakan nasional tanam kakao. Sekarang kakao jadi primadona, apalagi harga kakao dunia tidak pernah turun. Beda dengan sawit yang petaninya menangis karena harga turun," ujarnya.
Selain itu, pada 2016, Sulbar mampu menghasilkan 460 ribu ton jagung. Pada 2017 ditargetkan 1 juta ton sehingga mampu menjawab sepertiga kebutuhan jagung impor," kata Gubernur yang tinggal empat hari lagi masa jabatannya berakhir itu.
Produksi gabah Sulbar surplus 200 ribu ton per tahun sehingga bisa membantu kebutuhan pangan daerah lain.
(Martin Bagya Kertiyasa)