“Interiornya akan kami buat seolah bertutur, seperti simbol sugeng rawuh, cerita tentang kerakyatan, potensi desa, kesenian, dan etalase desa. Kita juga akan menginterpretasikan gumukan (pasir) sebagai desain bagian interior bandara. Jika (bandara) dilihat dari atas akan tampak seperti jarik,” bebernya.
Menurut dia, tiga aspek penting yang masuk dalam perencanaan yakni multifungsi, baik dari segala sisi, dan pola inovatif dalam pelayanan serta keamanan.
"Dari segala aspek. Bukan hanya visual tapi juga pelayanan, ”tandasnya.
Antropolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Heddy Shri Ahimsa mendukung tak menghilangkan nama lima desa. Meski demikian, Informasi dan sumber harus lengkap.
"Supaya tidak menimbulkan kesan, ini kok salah, ini kok salah. Agar tidak ada informasi kecil yang mengganggu,” ulasnya.