Ia sendiri kini tengah fokus mengembangkan lima lokasi untuk mendirikan perumahan kelas premium dengan harga Rp1,5 miliar hingga Rp3 miliar. Selama ini, lanjutnya, pembeli perumahan yang ia kembangkan justru lebih banyak dari luar DIY ketimbang dari DIY.
Komposisi pembeli saat ini 70% dari luar DIY dan DIY sebanyak 30%. Dan sebagian besar, pembelian perumahan dari orang luar DIY tersebut tujuannya untuk investasi. Di mana mereka membeli perumahan dengan tujuan untuk disewakan kembali kepada orang yang membutuhkan. Investasi di bidang perumahan ini memang cukup menjanjikan karena selain mendapatkan rumah juga akan mendapatkan pemasukan.
“Seperti perumahan saya di Sewon, sewanya Rp100 juta setahun. Lima tahun harganya sudah dua kali lipat dan dapat tambahan pendapatan,” paparnya.
Ketua Bidang Organisasi dan Humas Dewan Pengurus Daerah (DPD) Real Estate Indonesia (REI) Yogyakarta, Ilham Nur Muhammad mengakui harga tanah di wilayah DIY cenderung mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Rata-rata per tahun terjadi kenaikan sekitar 20%. Hal ini selain menjadi kelemahan juga kelebihan. “Karena harga tanah naik, maka pengembangan rumah murah nanti hanya di spotspot tertentu,” tambahnya.
(Raisa Adila)