"Kalau kita ingat dulu kita itu termasuk empat Macan Asia. Sehingga, ketika kita dinilai baik maka banyak kreditor bersedia memberikan pinjaman, mereka confident akan ekonomi Indonesia," terang dia.
"Karena perusahaan yang seharusnya tidak perlu utang, akhirnya mengambil utang karena biaya pinjamannya murah. Akibatnya, eksposure utang swasta itu cukup tinggi," tambahnya.
Imbasnya, ketika Rupiah terjun bebas, maka perusahaan yang penghasilan dalam Rupiah harus membayar utang dalam dolar AS. Mereka pun mengalami kesulitan yang sangat besar, lantaran kebutuhan akan dolar AS meningkat dan menciptakan kelangkaan yang cukup besar.
"Jadi otoritas harus tahu persis data utang. Kami bangun data utang, kami wajibkan korporasi laporkan pinjaman. Terbukti, pada krisis 2008 kita sudah lebih bagus, karena data-data yang sudah kita penuhi," tukas dia.
(kmj)
(Rani Hardjanti)