Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Faktor Kegagalan dalam Melakukan Suksesi Bisnis Keluarga

Koran SINDO , Jurnalis-Jum'at, 19 Mei 2017 |13:20 WIB
Faktor Kegagalan dalam Melakukan Suksesi Bisnis Keluarga
Ilustrasi (Foto : Shutterstock)
A
A
A

JAKARTA - Suksesi bisnis keluarga merupakan masalah besar jika tidak dipersiapkan dengan baik. Kita ikut bersyukur bahwa di Indonesia telah ada beberapa contoh suksesi yang berhasil bukan saja ke generasi ke dua, tetapi ke generasi ketiga, sebut saja Bakrie, Salim Group, Sinar Mas, Lippo, GudangGaram, Djarum, Ciputra, bahkan perusahaan-perusahaan skala menengah dan kecil telah lebih dari lima generasi.

Namun, pada umumnya menurut statistik hampir 90% bisnis keluarga berakhir di generasi ketiga, tidak dapat melanjutkan ke generasi berikutnya. Tentunya ada kesalahan secara umum yang menyebabkan terjadinya hal tersebut. Beberapa praktik berikut disinyalir sebagai faktor kegagalan dalam melakukan suksesi bisnis keluarga ke generasi berikutnya:

a.Tidak dipersiapkan dan dibuat perencanaan. Bisnis berjalan seperti biasa, para pendiri dan pemegang saham mula-mula senang melihat perkembangan perusahaan yang dipimpin sendiri maupun dengan beberapa orang yang menjadi pendiri, seluruh posisi kunci dipegang erat-erat. Tanpa terasa waktu berlalu dan mereka semakin tua, lemah dalam fisik, lemah dalam berpikir tapi tetap merasa diri kuat. Melihat anak-anak, sekalipun sudah berumur setengah tua, tetap saja dianggap anak yang tidak mampu menggantikan diri mereka. Akibatnya ketika harus terjadi suksesi, itu pun dilakukan terpaksa, generasi penerus menerima secara kaget, dan karena selama ini tidak diberi kesempatan, tidak tahu apa yang seharusnya diperbuat. Suksesi gagal total.

b.Membagi tanggung jawab sama rata sesuai dengan warisan. Membagi warisan kepada beberapa anak dalam bentuk saham dengan sama rata adalah sesuatu yang baik, tidak pilih kasih. Namun, jika itu disertai dengan pembagian tanggung jawab dalam manajemen akan terjadi ketimpangan jika tidak menempatkan the right person in the right position. Salah satu contoh dengan menempatkan sesuai urutan usia, yang lebih tua lebih berkuasa. Faktor kemampuan, bakat, pendidikan, dan wawasan tidak diindahkan, akibatnya kembali gagal di tengah jalan.

c.Menempatkan generasi penerus pada posisi yang tidak berpengaruh. Dengan dalih agar belajar dari bawah, maka generasi penerus ditempatkan di posisi yang tidak berpengaruh. Konsekuensinya karyawan di bagian tersebut akan cenderung hilang respek dan penuh kecurigaan dan kedua, bagi generasi penerus, di bawah sadar mereka timbul perasaan rendah diri, hal ini akan berisiko besar ketika secara mendadak dia harus mengambil alihkepemimpinanperusahaan. Tidak memiliki rasa percaya diri, berlamban-lamban dalam mengambil keputusan karena tidak mengetahui mana prioritas dan mana yang tidak.

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement