d.Tidak dibuatkan sasaran dan gol yang jelas. Gol dan sasaran disimpan baik-baik di benak generasi pertama dan generasi kedua hanya disuruh untuk memperhatikan dan belajar dari apa yang dilakukan oleh generasi pertama. Gol dan sasaran atau objektif memang sebagian besar merupakan keinginan dan tekad generasi pertama yang dituangkan ke dalam bentuk perencanaan, strategi dan program agar diketahui oleh setidaknya posisi-posisi kunci di perusahaan. Generasi penerus seharusnya mendapat penjelasan, secara pribadi: apa, mengapa, dan bagaimana gol dan sasaran dibuat dan bagaimana harus dilaksanakan dan selanjutnya diingatkan bahwa gol dan sasaran tersebut akan menjadi tanggung jawab generasi penerus untuk mencapainya.
e.Menyimpan sebagai rahasia exit plan (Perencanaan untuk estafet, serah tanggung jawab). Pemimpin yang berhasil bukan saja yang menunjukkan dirinya mampu dan hebat, juga dilihat apakah dia berhasil mencetak generasi penerus yang mampu minimal sama dengan dirinya, dan jika mungkin melampaui.
f.Menolak campur tangan orang luar. K arena merasa diri yang paling tahu, maka generasi pertama tabu melibatkan orang luar. Sebetulnya tersedia para konsultan yang mengerti secara manajemen dan teknik bagaimana secara mulus mempersiapkan suksesi yang berhasil.
Memang harus dicari yang cukup berpengalaman dan memiliki kompetensi. Setidaknya mereka dapat diajak untuk tukar pikiran dalam mempersiapkan suksesi. Dari gambaran di atas, kita dapat melihat bahwa suksesi yang berhasil cukup sulit karena itu perlu dipersiapkan sebaik-baiknya karena gagal mempersiapkan suksesi merupakan faktor utama kegagalan bagi kelanjutan perusahaan.
Berikut merupakan langkah-langkah yang dapat membantu dalam hal tersebut: