Pasar saham sangat sensitif terhadap kondisi di luar yang dimasukkan oleh media, bisa saja naik ataupun turun drastis. Seringkali kepanikan pasar melahirkan harga saham yang over priced atau underpriced. Idealnya, harga saham harus proporsional dengan total kapital dan prospek pendapatan sebuah perusahaan.
Aksi ikut-ikutan beli saham saat kondisi pasar bullish, membuat investor terjebak membeli saham-saham yang over priced. Seringkali investor tersebut terlewat optimistis dan mengharapkan harga terus menanjak. Sebaliknya, di pasar bearish, investor berubah pesimistis dan berusaha menjual saham justru di saat-saat mereka seharusnya berusaha membeli.
Investor saham yang sukses selalu mendasarkan investasinya pada nilai intrinsik saham dan mengejar saham-saham yang murah dengan basis itu. Mereka akan membeli saham perusahaan dengan fundamental kuat saat harganya di pasar turun, lalu baru menjualnya saat harga lebih tinggi. Kuncinya, jangan mengambil keputusan ekstrim saat kondisi pasar sedang bullish (sangat fluktuatif)
7. Salah Ikut Tips Saham dari Sumber yang Tidak Jelas
Teknologi memudahkan kita dalam berkomunikasi, salah satunya dalam berbagi tips jual beli saham. Namun sayangnya, tidak semua tips berasal dari sumber yang terpercaya. Lagi pula, dalam investasi tidak bisa diprediksi 100% bisa sukses atau gagal. Pahami juga bahwa nama besar saja tidak menjamin masa depan suatu perusahaan.
Investor saham yang baik memiliki kestabilan emosi yang baik pula sehingga tidak mudah menerima tip maupun saran dari sumber yang tidak jelas dan tanpa dianalisa terlebih dahulu.
(Donald Banjarnahor)