KUWAIT – Krisis diplomatik Qatar tampaknya tak akan memengaruhi harga energi dalam jangka pendek. Meski demikian, perselisihan jangka panjang dapat mengganggu suplai gas Qatar sehingga harga akan naik.
Saat output minyak shale Amerika Serikat (AS) meningkat sehingga suplai global melimpah, keputusan Arab Saudi dan aliansinya awal bulan ini untuk memutus hubungan diplomatik dengan Qatar dapat mendorong kenaikan harga. “Dengan melimpahnya suplai di pasar minyak secara global, tampaknya konflik Teluk tidak akan memicu kenaikan harga minyak dalam jangka pendek atau jangka menengah,” ungkap Executive Vice President of Kuwait Financial Center (Markaz) MR Raghu kepada kantor berita AFP .
Qatar menjelaskan, negaranya akan mematuhi kesepakatan dengan kartel minyak OPEC dan produsen lain untuk meningkatkan pemangkasan produksi selama sembilan bulan hingga akhir Maret untuk menyeimbangkan kembali pasar. Bagian Qatar untuk pemangkasan output 1,8 juta barel per hari hanya 30.000 barel. Meski output minyak harian sekira 600.000 barel itu kurang dari 1% produksi minyak mentah dunia, Qatar menjadi pemain utama dalam gas alam cair (LNG). Qatar merupakan pemimpin ekspor LNG dunia, mencakup sepertiga suplai internasional terutama ke Asia dan Eropa.
Firma konsultan Oxford Economics menyatakan, ekspor minyak dan gas Qatar tampaknya tidak akan banyak terpengaruh karena rute laut utama termasuk melalui Oman dan perairan Iran masih dapat diakses. “Meski demikian, perairan Iran dapat menambah biaya,” kata Jean-Francois Seznec dari Atlantic Council’s Global Energy Center yang berbasis di Amerika Serikat (AS). Seznec menambahkan, mungkin ada dampak kecil tidak langsung dalam konflik tersebut. Tingkat jaminan akan mulai meningkat pesat dan itu harus dibayar oleh Qatar.
Sebagian besar, 80 juta ton, suplai LNG Qatar dikirim melalui kapal tanker, terutama ke Jepang, Korea Selatan (Korsel), dan India, serta ke beberapa negara Eropa. Sepertiga impor gas Inggris, misalnya, dari Qatar. Konsumen Eropa lainnya adalah Spanyol dan Polandia. Pembatasan udara, laut, dan darat oleh Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Mesir sejauh ini tak memengaruhi rute maritim untuk kapal-kapal LNG Qatar yang dapat melintas melalui Selat Hormuz. Gangguan apa pun terhadap ekspor LNG Qatar dapat membuat marah Uni Eropa (UE).