"Terlalu murah dong, dapet apa itu. Rumah di Sunter aja sudah Rp8 miliar. Itu kajian elementer. Kalau kajian yang bener buat tata ruang bagus, melihat tanah, dan lain-lain, itu hanya data sekunder kali yah. Ini mungkin kompilasi. Kalau studi beneran itu murah. Tanah di sana gambut, bangunan tahan berapa lama," jelasnya.
Menurutnya, tambahan anggaran twrsebut akan kembali di bahas di sidang Badan Anggaran apakah akan disetujui masuk Rencama Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBNP) atau menggunakan dana Kementerian sendiri.
"Kalau Rp7 miliar mah kecil, dana operasional Menteri mah cukup. Bisa lah itu uang recek. Kajian jangan cuma powerpoin tapi harus menyeluruh," tukasnya.
(Fakhri Rezy)