JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) hari ini akan melakukan sidang kabinet paripurna. Sidang kabinet ini dilakukan di Kantor Presiden, Jakarta Pusat.
Berdasarkan informasi dari Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden, Senin (24/7/2018), sidang kabinet ini akan membahas mengenai Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2018. Sidang kabinet ini juga akan dihadiri oleh jajaran Menteri Kabinet Kerja.
Sebelumnya, pemerintah dan DPR RI beberapa waktu lalu telah membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2018 dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2018.
Dalam RAPBN 2018, pertumbuhan ekonomi ditargetkan berada pada kisaran 5,2%-5,6%, inflasi 2,5%-4,5%, dan nilai tukar Rupiah, Rp13.300 per USD sampai Rp13.500 per USD. Sementara itu, tingkat bunga SPN 4,8%-5,6%, harga minyak mentah Indonesia USD45-USD55 per barel, dan lifting minyak bumi 771.000 sampai 815.000 barel per hari, dan lifting gas bumi 1.194.000-1.235.000 barel per hari.
Adapun untuk target lainnya terkait pengangguran dan kemiskinan pada 2018 adalah sebagai berikut:
- Pengangguran: 5,0%-5,3%
- Kemiskinan: 9,5%-10%
- Gini ratio: 0,38
- Indeks pembangunan manusia 71,5
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan bahwa persiapan dalam penyusunan RAPBN Tahun 2018 lebih matang dibandingkan sebelumnya. Matangnya persiapan pembahasan RAPBN ini diharapkan memberikan dapat pada keseimbangan fiskal 2018 sehingga pembangunan dapat dilakukan secara lebih merata.
Target pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2018 diharapkan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, kondisi ekonomi global perlu diwaspadai seperti adanya kecenderungan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat atau Fed Fund Rate.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa pemerintah memperhatikan banyak hal dalam penyusunan RAPBN ini. Beberapa di antaranya adalah kebijakan moneter di negara maju seperti kenaikan suku bunga The Fed, European Central Bank (ECB) atau sentral Bank Eropa, hingga ekonomi China dan Jepang.
"Eksternal di konteks region, kami akan lihat adjustment ekonomi di China, Korsel, dan Jepang yang merupakan negara yang pengaruhi East Asia. Itu yang kami lihat secara langsung karena dia pengaruhi ekspor impor, capital flow," kata Sri Mulyani di Kantor Kementerian Keuangan, Senin, 3 Juli 2017 lalu.
Menurutnya, pemerintah juga melihat geopolitik negara lainnya seperti krisis politik negara Timur Tengah, Korea Utara dengan negara sekitarnya. Selain itu, pemerintah masih memerhatikan terorisme yang juga menjadi ancaman bagi berbagai negara.
(Rizkie Fauzian)