"Revolusi digital ternyata belum diimbangi dengan kecukupan keluaran perguruan tinggi yang memiliki keahlian memproses big data. Untuk itu diperlukan kolaborasi erat dengan dunia akademisi agar kapabilitas big data dapat juga dibangun secara bertahap," ujarnya di kantor BI, Jakarta, Rabu (9/8/2017).
Menurut dia, jika tantangan dalam revolusi digital bisa diselesaikan dengan baik, dampaknya besar pada perekonomian.
Baca juga: Tak Lagi Andalkan Survei, BI Cari Alternatif Data dari Medsos hingga E-Commerce
"Kami meyakini bahwa revolusi digital yang tengah berlangsung ini apabila dapat dimanfaatkan dengan baik akan mampu membawa Indonesia pada lintasan pertumbuhan ekonomi sekira 7% per tahun," ujarnya.
World Bank, lanjut Agus, menggambarkan hal ini dengan menggunakan terminologi digital dividen, di mana digitalisasi perekonomian diyakini mampu memberikan terobosan dalam bentuk peningkatan efisiensi di berbagai sektor ekonomi yang lahir dari target maupun keputusan-keputusan bisnis yang lebih akurat guna mendorong terciptanya inovasi-inovasi baru.
(Rizkie Fauzian)