Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

PNBP 2018 Menurun, Indonesia Tidak Lagi Menjadi Negara Migas

Lidya Julita Sembiring , Jurnalis-Jum'at, 18 Agustus 2017 |14:49 WIB
PNBP 2018 Menurun, Indonesia Tidak Lagi Menjadi Negara Migas
(Foto: Lidya/Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Pemerintah dalam postur Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2018 mematok penerimaan negara sebesar Rp1.878,4 triliun. Dengan sumber penerimaan dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Ekonom Indef Berly Martawardaya, mengatakan, dari sisi non-perpajakan, sektor minyak dan gas (migas) sudah tidak bisa menjadi sektor andalan untuk penerimaan negara. Karena sektor ini sudah mengalami penurunan.

"PNBP terus menurun secara proporsi karena migas jatuh, seperempat dari total penerimaan kita terus turun. Jadi memang kita bukan negara migas dan kaya sumber daya mineral lagi. Pajak sekarang menyumbang 85%," ungkapnya di Kantor Indef, Jakarta, Jumar (18/8/2017).

 Baca Juga: Indef: RAPBN 2018 Lebih Hati-Hati dan Kredibel

Menurutnya, porsi PNBP pada RAPBN 2018 ditargetkan sebesar 14,26%, lebih rendah dari yang ditetapkan di APBN-P 2017 sebesar 14,99%. Sedangkan penerimaan negara dari sektor migas pada RAPBN 2018 ditetapkan Rp77,16 triliun.

"Sejak 2014 ini nyata sekali kalau ada penurunan sangat signifikan pada penerimaan migas. Sudah tak bisa diandalkan, meski di 2016 penerimaan dianggao stabil karena harga minyak mulai naik. Meman mau tidak mau sekarang harus kejar dari pajak," tukasnya.

Baca Juga: Fokus Pemerataan Ekonomi, Jokowi: Ini Janji Kemerdekaan yang Harus Diwujudkan

Adapun pertumbuhan ekonomi ditargetkan sebesar 5,4%, inflasi diperkirakan tetap dapat terjaga di tingkat 3,5%, dan nilai tukar Rupiah diperkirakan berkisar Rp13.500 per USD. Sedangkan rata-rata suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan pada 2018 diperkirakan sekira 5,3% serta asumsi rata-rata harga minyak mentah Indonesia diperkirakan sebesar USD48 per barel.

Ekonom Indef Berly Martawardaya mengatakan, asumsi yang dipatok oleh pemerintah ini lebih berhati-hati karena menjelang Pemilihan Umum 2019.

"RAPBN 2018 lebih berhati-hati dan kredibel karena ini RAPBN terakhir sebelum pemilihan legislatif dan pemilihan presiden 2019," ungkapnya.

Menurutnya, pertumbuhan alokasi belanja di RAPBN 2018 lebih kecil dibandingkan outlook 2017. Selain itu, defisit di outlook 2017 sebesar 2,67% pada 2018 dipatok sebesar 2,19% serta utang alokasi pembayaran utang juga lebih kecil dari 2017 sebesar Rp362,9 triliun menjadi Rp325,9 triliun di RAPBN 2018.

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement