Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Ingin Kembangkan Mobil Listrik, Bagaimana Nasib Pembangunan Kilang Bontang Cs?

Feby Novalius , Jurnalis-Kamis, 07 September 2017 |10:31 WIB
Ingin Kembangkan Mobil Listrik, Bagaimana Nasib Pembangunan Kilang Bontang Cs?
Foto: Okezone
A
A
A

JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengh menyusun draft aturan kebijakan mobil listrik masa depan. Di tengah penjajakan ini, Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menanyakan komitmen pemerintah dalam mengembangkan mobil listrik karena akan menghilangkan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) nantinya.

Pasalnya, banyak megaproyek pengembangan kilang seperti Refinery Development Master Plan (RDMP) maupun Grass Root Refinery (GRR) sedang berlangsung, sehingga produksi minyak Indonesia akan berlimpah.

Baca Juga: Mobil Listrik Masih Dianggap Mewah, Menhub Bakal Lobi Sri Mulyani soal Pajak

Oleh karena itu, Komisi VII pun meminta pemerintah membuat perhitungan dengan benar terkait rencana tersebut agar pengembangan RDMP dan GRR tidak mubazir karena mobil listrik tidak lagi membutuhkan BBM.

Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan, jika dilihat dari penyelesaian proyek modifikasi atau disebut RDMP, kilang Balikpapan bisa operasi pada 2021, Balongan pada 2024, Tuban di 2024, Cilacap 2024, dan Bontang para 2025. Dengan operasinya seluruh kilang ini maka Indonesia akan memiliki produksi minyak sebanyak 2,2 juta barel per hari pada 2025.

Baca Juga: Percepat Produksi Mobil Listrik, Pemerintah Akan Turunkan Bea Masuk

Seiring dikembangkannya mobil listrik, dia mengatakan base line BBM akan menurun sedikit. Namun secara keseluruhan, dari data konsultan yang didapat, pertumbuhan mobil tetap masih banyak sehingga produksi pada kilang RDMP dan GRR tidak mubazir.

"Kebutuhan refinery itu sampai 2040, di mana mobil listrik juga ada di 2040. Seiring perkembangan , maka yang akan mobil berbahan bakar fosil yang tidak akan dijual lagi. Tapi yang lama, mobil keluaran 2039, 2035 tetap masih ada. Artinya kebutuhan ini mengindikasikan bahwa produksi refinery yang produksi di jadwalkan 2025 tetap masih dibutuhkan," ujarnya di ruang rapat Komisi VII DPR, Jakarta, Rabu Malam (6/9/2017).

Baca Juga: Percepat Produksi Mobil Listrik, Pemerintah Akan Turunkan Bea Masuk

Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman mengatakan, pembangunan untuk RDMP Balikpapan Front End Engineering Design (FEED) sudah selesai. Sekarang, pembangunannya memasuki tahap evaluasi final untuk Final Investment Decision (FID).

"Untuk RDMP Balongan, kami sedang lakukan linear programming dan dilanjutkan engineering desain," ujarnya, di ruang rapat Komisi VII DPR, Jakarta, Senin (17/7/2017).

Sementara untuk GRR Tuban, Arief mengatakan, Pertamina bersama Rosneft segera masuk ke basic engineering desain kilang Tuban dengan estimasi investasi USD270 juta dan masing-masing pihak sedang mengurus persetujuan di masing-masing perusahaan.

Baca juga: Menperin: 20% Mobil yang Beredar di 2025 Berbahan Bakar Listrik!

Untuk RDMP Cilacap, menurut Arief, manajemen Pertamina sudah bertemu CEO Aramco yang datang pada dua minggu lalu. Dalam pertemuan tersebut didiskusikan terkait komitmen Saudi Aramco dalam pengembangan RDMP Cilacap.

"Namun ada beberapa mereka minta penegasan yang utama masalah keputusan mengenai aset apakah diikut sertakan ke join venture atau tidak. Untuk Bontang masih proses conceptual di Februari ini," tukasnya.

(Rizkie Fauzian)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement